JAMU YANG BERIKUT, UNTUK TERNAK AYAM
Indonesia terkenal sebagai negara biodeversitas yang kaya akan flora dan faunanya. Beberapa ribu jenis tanaman obat ada di Indonesia. Tanaman obat asli Indonesia sangatlah potensi untuk digunakan sebagai bahan pakan tambahan (“feed suplement”) maupun sebagai “feed additive” yang dicampur dalam air minumnya. Beberapa ahli mengatakan bahwa dengan pemberian beberapa tanaman obat seperti kunyit, bawang putih dan daun pepaya yang dicampur dengan air minum unggas, dapat terhindar dari penyakit flu burung. Disamping itu beberapa jenis tanaman obat lain berkhasiat untuk meningkatkan nafsu makan seperti temu lawak, lengkuas, jahe, kencur dan lidah buaya. Sedangkan pemberian tepung daun kumis kucing yang dicampurkan dalam ransumnya dikenal dapat memperlancar proses metabolisme dalam tubuh ayam sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan dan daya tahan tubuh ayam broiler. Menurut Iin (2009) dalam Alex riana (2010) menjelaskan ada beberapa tanaman obat yang berkhasiat untuk obat ternak ayam, diantaranya:
1. Kunyit (Curcuma domestica), yang dikenal sebagai anti oksidan, anti mikroba dan anti radang. Kunyit mengandung minyak atsiri dari golongan monoterpen dan sesquitterpen, zat warna kuning yang disebut kurkuminoid, protein, fosfor, kalium, besi dan vitamin C.
2. Temulawak (Curcuma xanthorrhiza) dapat meningkatkan nafsu makan, anti oksidan, anti mikroba, anti kolesterol dan anemia. Zat gizi yang terkandung dalam temu lawak adalah kurkumin, kurkuminoid, mineral, atsiri, minyak lemak, karbohidrat dan protein. Temulawak dan kunyit bisa dikonsumsi dalam bentuk minuman guna mencegah peningkatan konsentrasi sitokin dalam tubuh akibat inveksi virus AI dengan sub tipe H5N1. Itu efektif, mengingat kandungan curcuma yang ada pada keduanya berpotensi sebagai inhibitor terhadap sintesis sitokin
3. Temu giring (Curcuma heyneana), biasanya digunakan untuk obat cacing
4. Temuireng (Curcuma aeruginosarhizome) adalah bermanfaat sebagai obat cacing dan meningkatkan nafsu makan. Dalam temuireng banyak mengandung minyak asiri, tanin dan kurkumenol.
5. Buah mengkudu (Morinda citrifolia) yang merupakan obat anti radang, anti alergi dan mematikan bakteri penyebab infeksi. Dalam buah mengkudu ini mengandung zat terpenoid, zat anti bacteri dan scolopetin.
6. Tanaman lidah buaya. Lidah buaya memiliki kandungan emodin dan scutellaria yang berfungsi sebagai antiviral. Bahan itu mampu menghancurkan enzim yang terdapat pada virus flu burung
7. Daun pepaya (Carica papaya, Linn). Daun pepaya ini berkhasiat sebagai obat pembunuh amuba dan sebagai obat cacing serta membantu meningkatkan nafsu makan.
8. Cacing (lumbricus rubellus) merupakan sumber protein sangat tinggi yaitu 76%. Manfaat dari cacing tersebut adalah adanya antibakteri dan menghambat pertumbuhan bacteri E. Colk, meningkatkan daya tahan tubuh, meningkatkan nafsu makan, sebagai obat dll.
Cara membuat jamu untuk ayam
Banyak macam cara membuat jamu, karena pada dasarnya membuat jamu jauh lebih mudah dibandingkan dengan membeli obat dari toko. Jamu hewan atau ramuan beberapa tanaman obat tersebut dapat dibuat sendiri oleh petani ternak dan harganya lebih murah dibandingkan obat pabrik, tetapi khasiatnya cukup baik untuk pencegahan maupun pengobatan pada ternak unggas. Beberapa diantaranya adalah ramuan jamu hasil pengkajian BPTP Jakarta yang berfungsi untuk pencegahan terhadap penyakit AI (flu burung/Avian Influenza).
Bahan-bahan tanaman obat yang diramu sebagai jamu untuk pencegahan penyakit flu burung adalah sbb:
* Kencur (500 gram),
* bawang putih (500 gram),
* jahe (250 gram),
* lengkuas (250 gram),
* kunyit (250 gram),
* temulawak (250 gram),
* daun sirih (125 gram),
* kayu manis (125 gram),
* daun mahkota dewa,
* EM4 dan molasses atau gula pasir.
1. Bahan-bahan tersebut dipotong-potong kecil kemudian digiling/dibelender dan ditambahkan air 5 liter,
2. kemudian disaring dan diambil ekstraknya.
3. Ekstrak tersebut dimasukkan dalam drum besar (kapasitas 20 liter atau lebih).
4. Tambahkan molases 500 cc, lalu tambahkan lagi dengan air sehingga campuran tersebut menjadi 20 liter,
5. kemudian drum ditutup rapat. Selanjutnya campuran dilakukan fermentasi selama 6 hari.
6. Setiap hari tutup drum dibuka selama 5 menit sambil diaduk.
7. Setelah 6 hari jamu siap diberikan pada ayam.
8. Cara pemberiannya melalui air minum dengan dosis 90 ml air jamu per 1 liter air minum setiap hari.
Ketua Asosiasi Dokter Hewan Perunggasan Indonesia mengatakan bahwa di Indonesia sendiri saat ini tersedia cukup banyak bahan herbal yang bisa digunakan untuk menangkal menyebarnya virus flu burung. Tanaman obat tersebut adalah lidah buaya, temulawak, dan kunyit. Sedangkan Sri Sulandri (peneliti dari LIPI) mengatakan bahwa pemberian secara rutin jamu ternak yang terdiri atas kunyit, lengkuas, temulawak, kencur dan buah mengkudu yang diberikan pada unggas dapat berfungsi sebagai stamina yaitu untuk menyehatkan dan meningkatkan nafsu makan.
Khasiat tanaman obat juga telah dibuktikan oleh Alex riana (2010) dengan uji cobanya. Alex mempercayai keistimewaan tanaman obat yang mempunyai khasiat untuk meningkatkan daya tahan tubuh, meningkatkan nafsu makan, sebagai obat pada berbagai macam penyakit dan mengurangi stress pada ayam.
Dalam uji cobanya alex membuat jamu dengan ramuan dari tanaman-tanaman obat yang terdiri dari:
- kunyit (1000 gram),
- temuireng (1000 gram),
- temulawak (1000 gram),
- temu giring (250 gram),
- mengkudu (500 gram),
- daun pepaya (5 tangkai) dan
- cacing (100 gram).
Cara membuatnya adalah sbb:
- cacing direbus dengan 1 liter air sampai mendidih.
- Kunyit, temuireng, temugiring, temulawak dan mengkudu diparut menjadi satu, dan daun pepaya ditumbuk sampai halus.
- Campurkan bahan-bahan tersebut dan tambah 4 liter air bersih.
- Remas-remaslah semua bahan tersebut dan saring.
- Terakhir tambah dengan 1 liter rebusan cacing dan aduk sampai rata.
- Selanjutnya campuran tersebut direbus sampai mendidih dan setelah dingin dapat digunakan sebagai jamu pada ayam pedaging.
- Jamu tersebut dapat diberikan dengan cara mencampur ke air minum. Dalam pelaksanaannya pemberian jamu dilakukan setelah ayam berumur 16 hari sampai panen.
- Pemberian dilakukan tiga hari berturut-turut selanjutnya diselang dengan air putih.
jeruk besar jepon
Selasa, 07 Mei 2013
" JAMU TERNAK " SEASON 1
PENDAHULUAN
Indonesia memiliki keaneka ragaman hayati yaitu rumpun tanaman empon-empon yang berkhasiat obat untuk mengobati berbagai jenis penyakit, memperbaiki dan meningkatkan kondisi tubuh. Sejak dulu tanaman empon-empon sudah dimanfaatkan sebagi bahan jamu yang telah terkenal khasiatnya bagi kehidupan manusia.
Rumpun tanaman empon-empon adalah tanaman yang diambil rimpangnya seperti jahe, kunyit, kencur, temulawak, lengkuas dan masih banyak lagi jenis lainnya. Didalam tanaman empon-empon terdapat zat-zat yang sangat berguna bagi kehidupan manusia maupun hewan seperti karbohidrat dan protein. Disamping itu mengandung pula minyak atsiri yang berkhasiat terhadap kesehatan.
JAMU UNTUK TERNAK
Jamu untuk ternak merupakan sebuah inovasi tani yang layak diinformasikan kepada peternak dalam rangka meningkatkan produktivitas ternak kambing dipedesaan.
Dibuat dengan mempergunakan bahan tanaman empon-empon antara lain :
1. Jahe (Zingeber officinale)
Ada 3 jenis jahe yaitu jahe putih, jahe emprit putih dan jahe merah. Khasiat jahe antara untuk menghangatkan tubuh dan merangsang nafsu makan.
2. Kunyit (Curcuma domestica)
Rimpang kunyit bila sudah tua berwarna oranye dan tunas mudanya berwarna putih. Khasiat kunyit antara lain sebagai anti disentri, mengobati gangguan lambung, sebagai perangsang (stimulan) menetralisir racun, meningkakan nafsu mkan dan merangsang keluarnya gas dari dalam perut.
3. Kencur (Kaempferia galanga)
Khasiat kencur dalam beras kencur dikenal sebagai penambah daya taham tubuh, mencegah masuk angin (kembung) menghangatkan tubuh, membantu pengeluaran gas, mengurangi kelelahan dan membantu menetralisir zat racun.
4. Temulawak (Curcuma Xantoriza)
Rimpang temulawak berwarna kekuning-kuningan. Khasiat temulawak antara lain mengobati dan memperbaiki fungsi hati, mengurangi kelelahan, melancarakan buang air besar, membasmi cacing perut dan memperlancar pengeluaran susu.
5. Lengkuas (Languas galanga)
Terdapat 2 jenis rimpang lengkuas yaitu lengkuas berimpang putih dan lengkuas berimpang merah muda. Khasiat lengkuas antara lain menghangatkan badan, menambah nafsu makan,
membantu pengeluaran gas, meningkatkan gairah seksual, memperlancar pengeluaran kemih dan memperkuat fungsi empedu.
6. Bawang putih
Khasiat bawang putih dikenal sebagai obat kuat, membantu pengeluaran gas dari dalam perut dan sebagai tonikum (penyegar) bagi syaraf-syaraf seluruh tubuh.
7. Serai
Khasiat serai yang sudah dikenal antara lain sebagai anti diare, mengobati tubuh yang terasa pegal dan otot yang ngilu serta sebagai obat batuk.
8. Daun sirih
Khasiat daun sirih yang sudah dikenal adalah sebagai anti septic (pembasmi kuman) juga mengurangi produksi lender disaluran pernafasan.
9. Tetes
Sisa hasil pengolahan tebu ini daoat dimanfaatkan sebagai salah satu sumber energi yang sangat bermanfaat bagi ternak ruminansia
10. EM-4
Penambahan probiotik EM-4 didalam formulasi jamu dapat memberikan nilai tambah terhadap produk jamu yang dihasillkan.
ALAT DAN BAHAN
Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam proses pembuatan jamu antara lain:
Alat-alat:
Timbangan
Pisau
Baskom
Blender
Jerigen
Corong
Saringan
pengaduk
Bahan-bahan:
Jahe, kunyit, kencur, lengkuas dan temulawak @ 300 gram
Bawang putih 100 gram
Daun sirih 200 gram
Batang serai 100 gram
EM-4 sebanyak 500 cc
Tetes tebu sebanyak 500 cc
Air sebanyak 10 liter
CARA PEMBUATAN JAMU
Setelah semua alat dan bahan tersebut diatas tersedia maka tahapan pelaksanaan pembuatan jamu sebagai berikut :
1 Persiapan
Siapkan alat dan bahan
2 Pelaksanaan
a. Kupas dan cuci bersih bahan-bahan
b. Blender atau haluskan hingga halus
c. Masukan air 10 liter kedalam jerigen
d. Tambahkan EM-4 dan, aduk hingga rata
e. Tambahkan bahan yang telah dihaluskan, aduk hingga rata
f. Tambahkan daun sirih dan serai yang telah dihaluskan
g. Tutup jerigen dengan rapat, simpan diruang sejuk selama 1 minggu
h. Kocok jerigen dan buka ± 5 menit untuk menghilangkan gas setiap hari
3 Pengakhiran
Cuci alat-alat dan kembalikan ketempat semula
Indonesia memiliki keaneka ragaman hayati yaitu rumpun tanaman empon-empon yang berkhasiat obat untuk mengobati berbagai jenis penyakit, memperbaiki dan meningkatkan kondisi tubuh. Sejak dulu tanaman empon-empon sudah dimanfaatkan sebagi bahan jamu yang telah terkenal khasiatnya bagi kehidupan manusia.
Rumpun tanaman empon-empon adalah tanaman yang diambil rimpangnya seperti jahe, kunyit, kencur, temulawak, lengkuas dan masih banyak lagi jenis lainnya. Didalam tanaman empon-empon terdapat zat-zat yang sangat berguna bagi kehidupan manusia maupun hewan seperti karbohidrat dan protein. Disamping itu mengandung pula minyak atsiri yang berkhasiat terhadap kesehatan.
JAMU UNTUK TERNAK
Jamu untuk ternak merupakan sebuah inovasi tani yang layak diinformasikan kepada peternak dalam rangka meningkatkan produktivitas ternak kambing dipedesaan.
Dibuat dengan mempergunakan bahan tanaman empon-empon antara lain :
1. Jahe (Zingeber officinale)
Ada 3 jenis jahe yaitu jahe putih, jahe emprit putih dan jahe merah. Khasiat jahe antara untuk menghangatkan tubuh dan merangsang nafsu makan.
2. Kunyit (Curcuma domestica)
Rimpang kunyit bila sudah tua berwarna oranye dan tunas mudanya berwarna putih. Khasiat kunyit antara lain sebagai anti disentri, mengobati gangguan lambung, sebagai perangsang (stimulan) menetralisir racun, meningkakan nafsu mkan dan merangsang keluarnya gas dari dalam perut.
3. Kencur (Kaempferia galanga)
Khasiat kencur dalam beras kencur dikenal sebagai penambah daya taham tubuh, mencegah masuk angin (kembung) menghangatkan tubuh, membantu pengeluaran gas, mengurangi kelelahan dan membantu menetralisir zat racun.
4. Temulawak (Curcuma Xantoriza)
Rimpang temulawak berwarna kekuning-kuningan. Khasiat temulawak antara lain mengobati dan memperbaiki fungsi hati, mengurangi kelelahan, melancarakan buang air besar, membasmi cacing perut dan memperlancar pengeluaran susu.
5. Lengkuas (Languas galanga)
Terdapat 2 jenis rimpang lengkuas yaitu lengkuas berimpang putih dan lengkuas berimpang merah muda. Khasiat lengkuas antara lain menghangatkan badan, menambah nafsu makan,
membantu pengeluaran gas, meningkatkan gairah seksual, memperlancar pengeluaran kemih dan memperkuat fungsi empedu.
6. Bawang putih
Khasiat bawang putih dikenal sebagai obat kuat, membantu pengeluaran gas dari dalam perut dan sebagai tonikum (penyegar) bagi syaraf-syaraf seluruh tubuh.
7. Serai
Khasiat serai yang sudah dikenal antara lain sebagai anti diare, mengobati tubuh yang terasa pegal dan otot yang ngilu serta sebagai obat batuk.
8. Daun sirih
Khasiat daun sirih yang sudah dikenal adalah sebagai anti septic (pembasmi kuman) juga mengurangi produksi lender disaluran pernafasan.
9. Tetes
Sisa hasil pengolahan tebu ini daoat dimanfaatkan sebagai salah satu sumber energi yang sangat bermanfaat bagi ternak ruminansia
10. EM-4
Penambahan probiotik EM-4 didalam formulasi jamu dapat memberikan nilai tambah terhadap produk jamu yang dihasillkan.
ALAT DAN BAHAN
Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam proses pembuatan jamu antara lain:
Alat-alat:
Timbangan
Pisau
Baskom
Blender
Jerigen
Corong
Saringan
pengaduk
Bahan-bahan:
Jahe, kunyit, kencur, lengkuas dan temulawak @ 300 gram
Bawang putih 100 gram
Daun sirih 200 gram
Batang serai 100 gram
EM-4 sebanyak 500 cc
Tetes tebu sebanyak 500 cc
Air sebanyak 10 liter
CARA PEMBUATAN JAMU
Setelah semua alat dan bahan tersebut diatas tersedia maka tahapan pelaksanaan pembuatan jamu sebagai berikut :
1 Persiapan
Siapkan alat dan bahan
2 Pelaksanaan
a. Kupas dan cuci bersih bahan-bahan
b. Blender atau haluskan hingga halus
c. Masukan air 10 liter kedalam jerigen
d. Tambahkan EM-4 dan, aduk hingga rata
e. Tambahkan bahan yang telah dihaluskan, aduk hingga rata
f. Tambahkan daun sirih dan serai yang telah dihaluskan
g. Tutup jerigen dengan rapat, simpan diruang sejuk selama 1 minggu
h. Kocok jerigen dan buka ± 5 menit untuk menghilangkan gas setiap hari
3 Pengakhiran
Cuci alat-alat dan kembalikan ketempat semula
Jumat, 12 April 2013
TANAMAN-TANAMAN SUMBER PESTISIDA NABATI
Tembakau (Nicotium tabacum)
Tembakau diambil batang atau daunnya untuk digunakan sebagai bahan pestisida alami. Caranya rendam batang atau daun tembakau selama 3 - 4 hari, atau bisa juga dengan direbus selama 15 menit. Kemudian biarkan dingin lalu saring. Air hasil saringan ini bisa digunakan untuk mengusir berbagai jenis hama tanaman.
Tuba, Jenu (Derriseleptica)
Bahan yang digunakan bisa dari akar dan kulit kayu. Caranya dengan menumbuk bahan tersebut sampai betul-betul hancur. Kemudian campur dengan air untuk dibuat ekstrak. Campur setiap 6 (enam) sendok makan ekstrak tersebut dengan 3 liter air. Campuran ini bisa digunakan untuk mengendalikan berbagai jenis hama tanaman.
Temu-temuan (Temu Hitam, Kencur, Kunyit)
Bahan diambil dari rimpangnya, yang kemudian ditumbuk halus dengan dicampur urine (air kencing) sapi. Campuran ini diencerkan dengan air dengan perbandingan 1 : 2 - 6 liter. Gunakan untuk mengendalikan berbagai jenis serangga penyerang tanaman.
Kucai (Allium schonaoresum)
Kalau menggunakan kucai, cara meramunya adalah dengan menyeduhnya, yang kemudian didinginkan. Kemudian saring. Air saringannya ini mampu untuk memberantas hama yang biasanya menyerang tanaman mentimun.
Bunga Camomil (Chamaemelum spp)
Bunga yang sudah kering diseduh, kemudian dinginkan dan saring. Gunakan air saringan tersebut untuk mencegah damping off atau penyakit rebah.
Bawang Putih (Allium sativum)
Bawang putih, begitu juga dengan bawang bombai dan cabai, digiling, tambahkan air sedikit, dan kemudian diamkan sekitar 1 jam. Lalu berikan 1 sendok makan deterjen, aduk sampai rata, dan kemudian ditutup. Simpan di tempat yang dingin selama 7 - 10 hari. Bila ingin menggunakannya, campur ekstrak tersebut dengan air. Campuran ini berguna untuk membasmi berbagai hama tanaman, khususnya hortikultura.
Abu Kayu
Abu sisa bakaran kayu ditaburkan di sekeliling perakaran tanaman bawang bombay, kol atau lobak dengan tujuan untuk mengendalikan root maggot. Abu kayu ini bisa juga untuk mengendalikan serangan siput dan ulat grayak. Caranya, taburkan di sekeliling parit tanaman.
Mint (Menta spp)
Daun mint dicampur dengan cabai, bawang daun dan tembakau. Kemudian giling sampai halus untuk diambil ekstraknya. Ekstrak ini dicampur dengan air secukupnya. Dari ekstrak tersebut bisa digunakan untuk memberantas berbagai hama yang menyerang tanaman.
Kembang Kenikir (Tagetes spp)
Ambil daunnya 2 genggam, kemudian campur dengan 3 siung bawang putih, 2 cabai kecil dan 3 bawang bombay. Dari ketiga bahan tersebut dimasak dengan air lalu didinginkan. Kemudian tambahkan 4 - 5 bagian air, aduk kemudian saring. Air saringan tersebut dapat digunakan untuk membasmi berbagai hama tanaman.
Cabai Merah (Capsium annum)
Cara pembuatannya dengan mengeringkan cabai yang basah dulu. Kemudian giling sampai menjadi tepung. Tepung cabai tersebut kalau dicampur dengan air dapat digunakan untuk membasmi hama tanaman.
Sedudu
Sedudu (sejenis tanaman patah tulang) diambil getahnya. Getah ini bisa dimanfaatkan untuk mengendalikan berbagai hama tanaman.
Kemangi (Ocimum sanetu)
Cara pembuatannya: kumpulkan daun kemangi segar, kemudian keringkan. Setelah kering, baru direbus sampai mendidih, lalu didinginkan dan disaring. Hasil saringan ini bisa digunakan sebagai pestisida alami.
Dringgo (Acarus calamus)
Akar dringgo dihancurkan sampai halus (menjadi tepung), kemudian dicampur dengan air secukupnya. Campuran antara tepung dan air tersebut dapat digunakan sebagai bahan pembasmi serangga.
Tembelekan (Lantara camara)
daun dan cabang tembelekan dikeringkan lalu dibakar. Abunya dicampur air dan dipercikkan ke tanaman yang terserang hama, baik yang berupa kumbang maupun pengerek daun.
Rumput Mala (Artimista vulgaris)
Caranya bakar tangkai yang kering dari rumput tersebut. Kemudian manfaatkan asap ini untuk mengendalikan hama yang menyerang suatu tanaman.
Tomat (Lycopersicum eskulentum)
Gunakan batang dan daun tomat, dan dididihkan. Kemudian biarkan dingin lalu saring. Air dari saringan ini bisa digunakan untuk mengendalikan berbagai hama tanaman.
Gamal (Gliricidia sepium)
Daun dan batang gamal ditumbuk, beri sedikit air lalu ambil ekstraknya. Ekstrak daun segar ini dan batang gamal ini dapat digunakan untuk mengendalikan berbagai jenis hama tanaman, khususnya jenis serangga.
Bunga Mentega (Nerium indicum)
Gunakan daun dan kulit kayu mentega dan rendamlah dalam air biasa selama kurang lebih 1 jam, kemudian disaring. Dari hasil saringan tadi dapat digunakan untuk mengusir semut.
Tembakau diambil batang atau daunnya untuk digunakan sebagai bahan pestisida alami. Caranya rendam batang atau daun tembakau selama 3 - 4 hari, atau bisa juga dengan direbus selama 15 menit. Kemudian biarkan dingin lalu saring. Air hasil saringan ini bisa digunakan untuk mengusir berbagai jenis hama tanaman.
Tuba, Jenu (Derriseleptica)
Bahan yang digunakan bisa dari akar dan kulit kayu. Caranya dengan menumbuk bahan tersebut sampai betul-betul hancur. Kemudian campur dengan air untuk dibuat ekstrak. Campur setiap 6 (enam) sendok makan ekstrak tersebut dengan 3 liter air. Campuran ini bisa digunakan untuk mengendalikan berbagai jenis hama tanaman.
Temu-temuan (Temu Hitam, Kencur, Kunyit)
Bahan diambil dari rimpangnya, yang kemudian ditumbuk halus dengan dicampur urine (air kencing) sapi. Campuran ini diencerkan dengan air dengan perbandingan 1 : 2 - 6 liter. Gunakan untuk mengendalikan berbagai jenis serangga penyerang tanaman.
Kucai (Allium schonaoresum)
Kalau menggunakan kucai, cara meramunya adalah dengan menyeduhnya, yang kemudian didinginkan. Kemudian saring. Air saringannya ini mampu untuk memberantas hama yang biasanya menyerang tanaman mentimun.
Bunga Camomil (Chamaemelum spp)
Bunga yang sudah kering diseduh, kemudian dinginkan dan saring. Gunakan air saringan tersebut untuk mencegah damping off atau penyakit rebah.
Bawang Putih (Allium sativum)
Bawang putih, begitu juga dengan bawang bombai dan cabai, digiling, tambahkan air sedikit, dan kemudian diamkan sekitar 1 jam. Lalu berikan 1 sendok makan deterjen, aduk sampai rata, dan kemudian ditutup. Simpan di tempat yang dingin selama 7 - 10 hari. Bila ingin menggunakannya, campur ekstrak tersebut dengan air. Campuran ini berguna untuk membasmi berbagai hama tanaman, khususnya hortikultura.
Abu Kayu
Abu sisa bakaran kayu ditaburkan di sekeliling perakaran tanaman bawang bombay, kol atau lobak dengan tujuan untuk mengendalikan root maggot. Abu kayu ini bisa juga untuk mengendalikan serangan siput dan ulat grayak. Caranya, taburkan di sekeliling parit tanaman.
Mint (Menta spp)
Daun mint dicampur dengan cabai, bawang daun dan tembakau. Kemudian giling sampai halus untuk diambil ekstraknya. Ekstrak ini dicampur dengan air secukupnya. Dari ekstrak tersebut bisa digunakan untuk memberantas berbagai hama yang menyerang tanaman.
Kembang Kenikir (Tagetes spp)
Ambil daunnya 2 genggam, kemudian campur dengan 3 siung bawang putih, 2 cabai kecil dan 3 bawang bombay. Dari ketiga bahan tersebut dimasak dengan air lalu didinginkan. Kemudian tambahkan 4 - 5 bagian air, aduk kemudian saring. Air saringan tersebut dapat digunakan untuk membasmi berbagai hama tanaman.
Cabai Merah (Capsium annum)
Cara pembuatannya dengan mengeringkan cabai yang basah dulu. Kemudian giling sampai menjadi tepung. Tepung cabai tersebut kalau dicampur dengan air dapat digunakan untuk membasmi hama tanaman.
Sedudu
Sedudu (sejenis tanaman patah tulang) diambil getahnya. Getah ini bisa dimanfaatkan untuk mengendalikan berbagai hama tanaman.
Kemangi (Ocimum sanetu)
Cara pembuatannya: kumpulkan daun kemangi segar, kemudian keringkan. Setelah kering, baru direbus sampai mendidih, lalu didinginkan dan disaring. Hasil saringan ini bisa digunakan sebagai pestisida alami.
Dringgo (Acarus calamus)
Akar dringgo dihancurkan sampai halus (menjadi tepung), kemudian dicampur dengan air secukupnya. Campuran antara tepung dan air tersebut dapat digunakan sebagai bahan pembasmi serangga.
Tembelekan (Lantara camara)
daun dan cabang tembelekan dikeringkan lalu dibakar. Abunya dicampur air dan dipercikkan ke tanaman yang terserang hama, baik yang berupa kumbang maupun pengerek daun.
Rumput Mala (Artimista vulgaris)
Caranya bakar tangkai yang kering dari rumput tersebut. Kemudian manfaatkan asap ini untuk mengendalikan hama yang menyerang suatu tanaman.
Tomat (Lycopersicum eskulentum)
Gunakan batang dan daun tomat, dan dididihkan. Kemudian biarkan dingin lalu saring. Air dari saringan ini bisa digunakan untuk mengendalikan berbagai hama tanaman.
Gamal (Gliricidia sepium)
Daun dan batang gamal ditumbuk, beri sedikit air lalu ambil ekstraknya. Ekstrak daun segar ini dan batang gamal ini dapat digunakan untuk mengendalikan berbagai jenis hama tanaman, khususnya jenis serangga.
Bunga Mentega (Nerium indicum)
Gunakan daun dan kulit kayu mentega dan rendamlah dalam air biasa selama kurang lebih 1 jam, kemudian disaring. Dari hasil saringan tadi dapat digunakan untuk mengusir semut.
RESEP BIO PESTISIDA NABATI
Tanaman Aromatik/atraktan disebabkan mengandung methyl euganol untuk penjebak Lalat buah/serangga :
Selasih (Ocimum.sp) dan Melaleuca Bracteata
Pestisida dari ikan mujair dapat mengatasi hama tanaman terong dan pare. Cara membuat pestisida organik dari ikan mujair : 1 kg ikan mujair dari empang, dimasukkan ke plastik, dibiarkan selama 3 hari. Kemudian direbus dengan dua liter air selama dua jam dan disaring. Dapat digunakan secara langsung atau ditambahkan tembakau dahulu.
Pestisida organik lainnya dapat diperoleh dari biji mahoni, kunyit, jahe, serai dan cabe. Pembuatannya dengan dihaluskan, diberi air, diperas dan disaring. Untuk cabe saat penyemprotan harus hati-hati jangan sampai berbalik arah mengenai manusia.
Pestisida dari mahoni untuk mengatasi hama tanaman terong dan pare. Kunyit, jahe, serai untuk mengatasi jamur tanaman dan buah. Cabe untuk mengatasi semua jenis hama kecuali hama di dalam tanah
Menanggulangi penyakit keriting pada cabai, Bahan: brotowali satu kilogram (atau daun-daunan yang pahit), kapur 10 sendok makan, kunyit satu kilogram.Cara membuat: Ketiga bahan ditumbuk dan diambil airnya lalu dicampur dengan air 30-50 liter. Bahan ini siap digunakan untuk mengendalikan penyakit keriting pada cabai.
Mencegah semut pada persemaian, Bahan: kunir satu ons, laos satu onsCara pembuatan: kunir dan laos dihaluskan kemudian ditambah air secukupnya lalu disaring.Cara pemakaian: larutan hasil saringan dimasukkan dalam penyemprot yang sudah berisi air (10 liter), semprotkan di lahan sehari sebelum digunakan untuk menyemai tanaman dan diulang tiga hari sesudah tanaman disemai.
Pengendalian ulat pada tanaman padi, Bahan: tanaman sere (seluruh bagian dan air).Cara pembuatan: tanaman sere (250 gram) ditumbuk sampai halus. Tambahkan air secukupnya (empat gelas). Saringlah agar diperoleh cairan sere.Cara pemakaian: larutan dicampur dengan 13 liter air. Semprotkan pada tanaman padi yang terserang ulat (hama putih, penggulung daun, penggerek batang). Untuk penggerek batang satu minggu setelah dijumpai adanya telur.
Mengendalikan ulat pada tanaman tomat, cabai, melon dan semangka, Bahan: puntung rokok satu ons dan air tujuh liter.Cara pembuatan: masukkan puntung rokok dalam air. Biarkan selama 4–7 hari. Saringlah agar diperoleh air larutan yang bersih. Gunakan untuk mengendalikan hama yang menyerang tanaman. Penyemprotan pada pagi dan sore hari.
Pengendalian ulat grayak dan wereng, Bahan: 250 gram daun sirsak segar, air ½ liter.Cara pembuatan: daun sirsat yang masih segar ditumbuk halus ditambah dengan air kemudian disaring.Pemakaian: campurlah saringan air sirsat segar tersebut dengan air 14 liter dan semprotkan pada tanaman yang terserang hama.
Penyakit keriting pada cabai, Bahan: abu dapur dua kilogram, tembakau ¼ kg, belerang tiga ons.Cara pembuatan: ketiga bahan direndam dalam air selama 3–5 hari. Saring air rendaman tersebut dan semprotkan pada tanaman yang terkena penyakit keriting.Cara yang lain, bisa juga dengan menaburkan secara langsung abu dapur pada tanaman yang terserang penyakit keriting.
Mengendalikan hama wereng, Bahan: kecubung dua butir, jenu satu kilogram.Cara pembuatan: kedua bahan direbus dengan air sampai mendidih. Saringlah air tersebut. Cara penggunaan: setiap satu liter air rebusan dicampur dengan 16 liter air. Semprotkan pada tanaman yang terserang hama wereng.
Mengendalikan ulat grayak, ulat lain dan serangga, Bahan: segenggam daun gamal (satu kilogram), lima liter air, 250 mg tembakau rokok (sudah dirokok).Cara membuat: segenggam pucuk daun gamal ditumbuk halus. Campurlah dengan air kemudian rebuslah. Dinginkan kemudian tambahkan tembakau dan aduklah hingga air berubah menjadi agak kehitaman/kemerahan.Cara penggunaan: setiap 250 cc air larutan dicampur dengan air 10 liter. Gunakan untuk mengendalikan hama yang menyerang tanaman.
Hama walangsangit, Bahan: brotowali satu kilogram dan kecubung dua butir.Cara membuat: kedua bahan tersebut direbus dengan air satu liter. Air rebusan kemudian disaring. Campuran larutan tersebut dengan air 16 liter. Gunakan untuk mengendalikan hama walangsangit yang menyerang tanaman. Penyemprotan pada pagi dan sore hari.
Untuk Mengendalikan Hama Secara Umum, Bahan :Daun nimba 8 kg, lengkuas 6 kg, serai 6 kg, deterjen 20 gram, air 20 liter.Cara Pembuatan Daun nimba, lengkuas, dan serai ditumbuk. Seluruh bahan diaduk merata dalam 20 liter air, lalu direndam selama 24 jam. Keesokan harinya larutan disaring dengan kain halus. Larutan hasil penyaringan ditambah diterjen dan diencerkan dengan 60 liter air, bisa digunakan untuk luas 1 ha. Semprotkan pada tanaman.
Untuk Mengendalikan Hama pada Bawang Merah, Bahan :Daun nimba 1 kg, umbi gadung racun 2 buah, deterjen sedikit berfungsi sebagai pelekat daun, air 20 liter.Cara Pembuatan :Daun nimba dan umbi gadung ditumbuk halus. Selanjutnya seluruh bahan diaduk merata dlam 20 liter air, dan diendapkan semalam. Keesokan harinya larutan disaring dengan kain halus dan tambahkan diterjen. Semprotkan pada tanaman bawang merah
Ramuan untuk mengendalikan Trips pada cabe, Bahan :Daun sirsak 50-100 lembar, deterjen atau sabun colek 16 gram dan air 5 liter Cara Pembuatan Daun sirsak ditumbuk halus dicampur dengan 5 liter air dan diendapkan semalam. Keesokan harinya larutan disaring dengan kain halus. Setiap 1 liter hasil saringan diencerkan dengan 10-15 liter air. Larutan siap disemprotkan ke seluruh tanaman cabe.
Ramuan untuk mengendalikan Trips, Aphid, dan kutu daun, Bahan:Daun pamor-pamor 2, 5 kg dan air 7,5 liter .Cara Pembuatan
Daun pamor-pamor ditumbuk (blender) sampai halus, kemudian tambahkan air (konsentrasi 25 %) dan permentasikan selama 1 hari. Kemudian saring ekstraknya dan tambahkan diterjen sebanyak 5 gram. Semprotkan pada tanaman.
Ramuan untuk mengendalikan penyakit Antraknose, Bahan Rimpang lengkuas 1 kg dan air 2 liter .Cara Pembuatan
Iris rimpang lengkuas, tempatkan pada niru dan jemur sampai kering. Kemudian cincang rimpang lengkuas sampai kecil-kecil. Selanjutnya masukkan 2 l air ke dalam panci suling, panaskan dengan nyala api yang kecil dengan kompor gas/kompor minyak, lalu masukkan rimpang lengkuas tadi ke dalam panci penguapan. Air hasil sulingan ditampung pada beaker glass. Semprotkan air sulingan tersebut dengan kosentrasi 15 % pada tanaman yang terserang Antraknose secara merata. Waktu aplikasi sebaiknya pada sore hari
Pestisida nabati daun mimba dan umbi gadung efektif untuk mengendalikan ulat dan Hama pengisap, Bahan: Daun mimba,Umbi gadung,Detergen,Air Alat: Timbangan Alat penumbuk Tempat pencampuran Pengaduk Saringan.
Cara Pembuatan: Cara pembuatan pestisida nabati daun mimba dan umbi gadung adalah sebagai berikut.
1.Tumbuk halus 1 kg daun mimba dan 2 buah umbi gadung racun, tambah dengan 20 liter air + 10 g detergen, aduk sampai rata
2.Diamkan rendaman tersebut selama semalam.
3.Saring larutan hasil rendaman dengan kain halus.
4.Semprotkan larutan hasil penyaringan ke pertanaman.
- Bacillus thuringiensis, mengendalikan P. xylostella dan C. binotalis pada kubis
- Ramuan Nimba (Azadirachta indica) Lengkuas (Zingiber aromaticum), dan Serai (Andropogon nardus), mengendali-kan belalang, Kutu daun, Trips dan Aphid.
- Daun Sirsak, mengendaliak Trips pada cabe.
- Daun/sulingan minyak Selasih (Ocimum sanctum) mengen-dalikan lalat buah.
- Sulingan minyak lengkuas, mengendalikan lalat buah dan penyakit Antraknose pada cabe.
- Daun Pamor-pamor/Ki tolod (Laurentia longiflora), mengendalikan Aphid, dan Kutu daun
Untuk Mengendalikan Hama secara Umum. Bahan: Daun Mimba : 8 kg, Lengkuas : 6 kg, Serai : 6 kg, Diterjen/Sabun Colek : 20 gr, Air : 80 liter.
Cara Membuat : Daun mimba, lengkuas dan semi ditumbuk halus dicampur dengan diterjen/sabun colek lalu tambahkan 20 liter air diaduk sampai merata. Direndam selama 24 jam
kemudian saring dengan kain halus. Larutan akhir encerkan dengan 60 liter air. Larutan tersebut disemprotkan pads tanaman untuk luasan 1 hektar.
Untuk Mengendalikan Hama Trips pada Cabai, Bahan: Daun Sirsak 50 - 100 lembar, Deterjen/Sabun Colek 15 gr, Air 5 liter.
Cara Membuat : Daun sirsak ditumbuk halus dicampur dengan 5 liter air.Direndam selama 24 jam, saying dengan kain halus.Setiap liter Iarutan dapat diencerkan dengan 10 - 15liter air.Aplikasi dengan menyemprotkan larutan tersebut pada seluruh bagian tanaman yang ada hamanya.
Ramuan untuk Mengendalikan Hama Belalang dan Ulat. Bahan : Daun Sirsak 50 lembar,Daun Tembakau satu genggam, Deterjen/Sabun Colek 20 gr. Air 20 liter.
Cara membuat :Daun sirsak dan tembakau ditumbuk halus. Tambahkan deterjen/sabun colek aduk dengan 20 liter air, endapkan 24 jam. Disaring dengan kain halus dan diencerkan dengan 50 -60 liter air, aplikasi dengan cara disemprotkan.
Ramuan untuk Mengendalikan" Hama Wereng Coklat, Penggerek Batang dan Mematoda. Bahan: -Biji Mimba 50 gr, Alkohol 10 cc, Air 1 liter. Cara membuat : Biji mimba ditumbuk halus dan diaduk dengan 10 cc alkohol, encerkan dengan 1 liter air, endapkan selama 24 jam, wring dan dapat disemprotkan pada tanaman/serangga hama.
Ramuan untuk Mengendalikan Hama Tanaman Bawang Merah. Bahan :Daun Mimba 1 kg, Umbi Gadung Racun 2 buah, Deterjen/Sabun Colek sedikit,Air 20 liter. Cara membuat :Daun mimba dan umbi gadung ditumbuk halus, ditambah deterjen/sabun colek aduk dengan 20 liter air, endapkan 24 jam, saring dan dapat disemprotkan pada tanaman. Bahan : Limbah daun tembakau 200 kg.
Cara membuat :Dihancurkan/ ditumbuk dihaluskan, cara aplikasi tumbuhan dan tembakau ditaburkan bersama pemupukan untuk 1 hektar. Limbah dan tembakau itu baik untuk mengendalikan penyakit karena jamur, bakteri dan mematoda.
Ramuan untuk Mengendalikan Tikus. Bahan : Umbi Gadung Racun 1 kg, Dedak padi. 10 kg, Tepung ikan 1 ons, Kemiri sedikit,Air sedikit. Cara membuat: Umbi dikupas, dihaluskan, semua bahan dicampurkan tambah air dibuat pelet. Sebarkan pelet dipematang sawah tempat tikus bersarang.
Mimba (Azadiracta indica) Cara pembuatannya dapat dilakukan dengan mengambil 2 genggam bijinya, kemudian ditumbuk. Campur dengan 1 liter air, kemudian diaduk sampai rata. Biarkan selama 12 jam, kemudian disaring. Bahan saringan tersebut merupakan bahan aktif yang penggunaannya harus ditambah dengan air sebagai pengencer. Cara lainnya adalah dengan menggunakan daunnya sebanyak 1 kg yang direbus dengan 5 liter air. Rebusan ini diamkan selama 12 jam, kemudian saring. Air saringannya merupakan bahan pestisida alami yang dapat digunakan sebagai pengendali berbagai hama tanaman.
Selasih (Ocimum.sp) dan Melaleuca Bracteata
Pestisida dari ikan mujair dapat mengatasi hama tanaman terong dan pare. Cara membuat pestisida organik dari ikan mujair : 1 kg ikan mujair dari empang, dimasukkan ke plastik, dibiarkan selama 3 hari. Kemudian direbus dengan dua liter air selama dua jam dan disaring. Dapat digunakan secara langsung atau ditambahkan tembakau dahulu.
Pestisida organik lainnya dapat diperoleh dari biji mahoni, kunyit, jahe, serai dan cabe. Pembuatannya dengan dihaluskan, diberi air, diperas dan disaring. Untuk cabe saat penyemprotan harus hati-hati jangan sampai berbalik arah mengenai manusia.
Pestisida dari mahoni untuk mengatasi hama tanaman terong dan pare. Kunyit, jahe, serai untuk mengatasi jamur tanaman dan buah. Cabe untuk mengatasi semua jenis hama kecuali hama di dalam tanah
Menanggulangi penyakit keriting pada cabai, Bahan: brotowali satu kilogram (atau daun-daunan yang pahit), kapur 10 sendok makan, kunyit satu kilogram.Cara membuat: Ketiga bahan ditumbuk dan diambil airnya lalu dicampur dengan air 30-50 liter. Bahan ini siap digunakan untuk mengendalikan penyakit keriting pada cabai.
Mencegah semut pada persemaian, Bahan: kunir satu ons, laos satu onsCara pembuatan: kunir dan laos dihaluskan kemudian ditambah air secukupnya lalu disaring.Cara pemakaian: larutan hasil saringan dimasukkan dalam penyemprot yang sudah berisi air (10 liter), semprotkan di lahan sehari sebelum digunakan untuk menyemai tanaman dan diulang tiga hari sesudah tanaman disemai.
Pengendalian ulat pada tanaman padi, Bahan: tanaman sere (seluruh bagian dan air).Cara pembuatan: tanaman sere (250 gram) ditumbuk sampai halus. Tambahkan air secukupnya (empat gelas). Saringlah agar diperoleh cairan sere.Cara pemakaian: larutan dicampur dengan 13 liter air. Semprotkan pada tanaman padi yang terserang ulat (hama putih, penggulung daun, penggerek batang). Untuk penggerek batang satu minggu setelah dijumpai adanya telur.
Mengendalikan ulat pada tanaman tomat, cabai, melon dan semangka, Bahan: puntung rokok satu ons dan air tujuh liter.Cara pembuatan: masukkan puntung rokok dalam air. Biarkan selama 4–7 hari. Saringlah agar diperoleh air larutan yang bersih. Gunakan untuk mengendalikan hama yang menyerang tanaman. Penyemprotan pada pagi dan sore hari.
Pengendalian ulat grayak dan wereng, Bahan: 250 gram daun sirsak segar, air ½ liter.Cara pembuatan: daun sirsat yang masih segar ditumbuk halus ditambah dengan air kemudian disaring.Pemakaian: campurlah saringan air sirsat segar tersebut dengan air 14 liter dan semprotkan pada tanaman yang terserang hama.
Penyakit keriting pada cabai, Bahan: abu dapur dua kilogram, tembakau ¼ kg, belerang tiga ons.Cara pembuatan: ketiga bahan direndam dalam air selama 3–5 hari. Saring air rendaman tersebut dan semprotkan pada tanaman yang terkena penyakit keriting.Cara yang lain, bisa juga dengan menaburkan secara langsung abu dapur pada tanaman yang terserang penyakit keriting.
Mengendalikan hama wereng, Bahan: kecubung dua butir, jenu satu kilogram.Cara pembuatan: kedua bahan direbus dengan air sampai mendidih. Saringlah air tersebut. Cara penggunaan: setiap satu liter air rebusan dicampur dengan 16 liter air. Semprotkan pada tanaman yang terserang hama wereng.
Mengendalikan ulat grayak, ulat lain dan serangga, Bahan: segenggam daun gamal (satu kilogram), lima liter air, 250 mg tembakau rokok (sudah dirokok).Cara membuat: segenggam pucuk daun gamal ditumbuk halus. Campurlah dengan air kemudian rebuslah. Dinginkan kemudian tambahkan tembakau dan aduklah hingga air berubah menjadi agak kehitaman/kemerahan.Cara penggunaan: setiap 250 cc air larutan dicampur dengan air 10 liter. Gunakan untuk mengendalikan hama yang menyerang tanaman.
Hama walangsangit, Bahan: brotowali satu kilogram dan kecubung dua butir.Cara membuat: kedua bahan tersebut direbus dengan air satu liter. Air rebusan kemudian disaring. Campuran larutan tersebut dengan air 16 liter. Gunakan untuk mengendalikan hama walangsangit yang menyerang tanaman. Penyemprotan pada pagi dan sore hari.
Untuk Mengendalikan Hama Secara Umum, Bahan :Daun nimba 8 kg, lengkuas 6 kg, serai 6 kg, deterjen 20 gram, air 20 liter.Cara Pembuatan Daun nimba, lengkuas, dan serai ditumbuk. Seluruh bahan diaduk merata dalam 20 liter air, lalu direndam selama 24 jam. Keesokan harinya larutan disaring dengan kain halus. Larutan hasil penyaringan ditambah diterjen dan diencerkan dengan 60 liter air, bisa digunakan untuk luas 1 ha. Semprotkan pada tanaman.
Untuk Mengendalikan Hama pada Bawang Merah, Bahan :Daun nimba 1 kg, umbi gadung racun 2 buah, deterjen sedikit berfungsi sebagai pelekat daun, air 20 liter.Cara Pembuatan :Daun nimba dan umbi gadung ditumbuk halus. Selanjutnya seluruh bahan diaduk merata dlam 20 liter air, dan diendapkan semalam. Keesokan harinya larutan disaring dengan kain halus dan tambahkan diterjen. Semprotkan pada tanaman bawang merah
Ramuan untuk mengendalikan Trips pada cabe, Bahan :Daun sirsak 50-100 lembar, deterjen atau sabun colek 16 gram dan air 5 liter Cara Pembuatan Daun sirsak ditumbuk halus dicampur dengan 5 liter air dan diendapkan semalam. Keesokan harinya larutan disaring dengan kain halus. Setiap 1 liter hasil saringan diencerkan dengan 10-15 liter air. Larutan siap disemprotkan ke seluruh tanaman cabe.
Ramuan untuk mengendalikan Trips, Aphid, dan kutu daun, Bahan:Daun pamor-pamor 2, 5 kg dan air 7,5 liter .Cara Pembuatan
Daun pamor-pamor ditumbuk (blender) sampai halus, kemudian tambahkan air (konsentrasi 25 %) dan permentasikan selama 1 hari. Kemudian saring ekstraknya dan tambahkan diterjen sebanyak 5 gram. Semprotkan pada tanaman.
Ramuan untuk mengendalikan penyakit Antraknose, Bahan Rimpang lengkuas 1 kg dan air 2 liter .Cara Pembuatan
Iris rimpang lengkuas, tempatkan pada niru dan jemur sampai kering. Kemudian cincang rimpang lengkuas sampai kecil-kecil. Selanjutnya masukkan 2 l air ke dalam panci suling, panaskan dengan nyala api yang kecil dengan kompor gas/kompor minyak, lalu masukkan rimpang lengkuas tadi ke dalam panci penguapan. Air hasil sulingan ditampung pada beaker glass. Semprotkan air sulingan tersebut dengan kosentrasi 15 % pada tanaman yang terserang Antraknose secara merata. Waktu aplikasi sebaiknya pada sore hari
Pestisida nabati daun mimba dan umbi gadung efektif untuk mengendalikan ulat dan Hama pengisap, Bahan: Daun mimba,Umbi gadung,Detergen,Air Alat: Timbangan Alat penumbuk Tempat pencampuran Pengaduk Saringan.
Cara Pembuatan: Cara pembuatan pestisida nabati daun mimba dan umbi gadung adalah sebagai berikut.
1.Tumbuk halus 1 kg daun mimba dan 2 buah umbi gadung racun, tambah dengan 20 liter air + 10 g detergen, aduk sampai rata
2.Diamkan rendaman tersebut selama semalam.
3.Saring larutan hasil rendaman dengan kain halus.
4.Semprotkan larutan hasil penyaringan ke pertanaman.
- Bacillus thuringiensis, mengendalikan P. xylostella dan C. binotalis pada kubis
- Ramuan Nimba (Azadirachta indica) Lengkuas (Zingiber aromaticum), dan Serai (Andropogon nardus), mengendali-kan belalang, Kutu daun, Trips dan Aphid.
- Daun Sirsak, mengendaliak Trips pada cabe.
- Daun/sulingan minyak Selasih (Ocimum sanctum) mengen-dalikan lalat buah.
- Sulingan minyak lengkuas, mengendalikan lalat buah dan penyakit Antraknose pada cabe.
- Daun Pamor-pamor/Ki tolod (Laurentia longiflora), mengendalikan Aphid, dan Kutu daun
Untuk Mengendalikan Hama secara Umum. Bahan: Daun Mimba : 8 kg, Lengkuas : 6 kg, Serai : 6 kg, Diterjen/Sabun Colek : 20 gr, Air : 80 liter.
Cara Membuat : Daun mimba, lengkuas dan semi ditumbuk halus dicampur dengan diterjen/sabun colek lalu tambahkan 20 liter air diaduk sampai merata. Direndam selama 24 jam
kemudian saring dengan kain halus. Larutan akhir encerkan dengan 60 liter air. Larutan tersebut disemprotkan pads tanaman untuk luasan 1 hektar.
Untuk Mengendalikan Hama Trips pada Cabai, Bahan: Daun Sirsak 50 - 100 lembar, Deterjen/Sabun Colek 15 gr, Air 5 liter.
Cara Membuat : Daun sirsak ditumbuk halus dicampur dengan 5 liter air.Direndam selama 24 jam, saying dengan kain halus.Setiap liter Iarutan dapat diencerkan dengan 10 - 15liter air.Aplikasi dengan menyemprotkan larutan tersebut pada seluruh bagian tanaman yang ada hamanya.
Ramuan untuk Mengendalikan Hama Belalang dan Ulat. Bahan : Daun Sirsak 50 lembar,Daun Tembakau satu genggam, Deterjen/Sabun Colek 20 gr. Air 20 liter.
Cara membuat :Daun sirsak dan tembakau ditumbuk halus. Tambahkan deterjen/sabun colek aduk dengan 20 liter air, endapkan 24 jam. Disaring dengan kain halus dan diencerkan dengan 50 -60 liter air, aplikasi dengan cara disemprotkan.
Ramuan untuk Mengendalikan" Hama Wereng Coklat, Penggerek Batang dan Mematoda. Bahan: -Biji Mimba 50 gr, Alkohol 10 cc, Air 1 liter. Cara membuat : Biji mimba ditumbuk halus dan diaduk dengan 10 cc alkohol, encerkan dengan 1 liter air, endapkan selama 24 jam, wring dan dapat disemprotkan pada tanaman/serangga hama.
Ramuan untuk Mengendalikan Hama Tanaman Bawang Merah. Bahan :Daun Mimba 1 kg, Umbi Gadung Racun 2 buah, Deterjen/Sabun Colek sedikit,Air 20 liter. Cara membuat :Daun mimba dan umbi gadung ditumbuk halus, ditambah deterjen/sabun colek aduk dengan 20 liter air, endapkan 24 jam, saring dan dapat disemprotkan pada tanaman. Bahan : Limbah daun tembakau 200 kg.
Cara membuat :Dihancurkan/ ditumbuk dihaluskan, cara aplikasi tumbuhan dan tembakau ditaburkan bersama pemupukan untuk 1 hektar. Limbah dan tembakau itu baik untuk mengendalikan penyakit karena jamur, bakteri dan mematoda.
Ramuan untuk Mengendalikan Tikus. Bahan : Umbi Gadung Racun 1 kg, Dedak padi. 10 kg, Tepung ikan 1 ons, Kemiri sedikit,Air sedikit. Cara membuat: Umbi dikupas, dihaluskan, semua bahan dicampurkan tambah air dibuat pelet. Sebarkan pelet dipematang sawah tempat tikus bersarang.
Mimba (Azadiracta indica) Cara pembuatannya dapat dilakukan dengan mengambil 2 genggam bijinya, kemudian ditumbuk. Campur dengan 1 liter air, kemudian diaduk sampai rata. Biarkan selama 12 jam, kemudian disaring. Bahan saringan tersebut merupakan bahan aktif yang penggunaannya harus ditambah dengan air sebagai pengencer. Cara lainnya adalah dengan menggunakan daunnya sebanyak 1 kg yang direbus dengan 5 liter air. Rebusan ini diamkan selama 12 jam, kemudian saring. Air saringannya merupakan bahan pestisida alami yang dapat digunakan sebagai pengendali berbagai hama tanaman.
Pengendali Hayati atau Bio Pestisida Alami
Tumbuhan penghasil pestisida nabati dibagi menjadi lima kelompok, yaitu:
1. Kelompok tumbuhan insektisida nabati, adalah kelompok tumbuhan yang menghasilkan pestisida pengendali hama insekta. Contoh tumbuhan dari kelompok ini adalah: piretrium, aglaia, babadotan, bengkuang, bitung, jaringau, saga, serai, sirsak, srikaya.
2. Kelompok tumbuhan antraktan atau pemikat, adalah tumbuhan yang menghasilkan suatu bahan kimia yang menyerupai sex pheromon pada serangga betina. Bahan kimia tersebut akan menarik serangga jantan, khususnya hama lalat buah dari jenis Bactrocera dorsalis. Contoh tumbuhan dari kelompok ini adalah: daun wangi dan selasih.
3. Kelompok tumbuhan rodentisida nabati, adalah kelompok tumbuhan yang menghasilkan pestisida pengendali hama rodentia. Tumbuh-tumbuhan ini terbagi menjadi dua jenis, yaitu sebagai penekan kelahiran (efek aborsi atau kontrasepsi) dan penekan populasi, yaitu meracuninya. Tumbuhan yang termasuk kelompok penekan kelahiran umumnya mengandung steroid, sedangkan yang tergolong penekan populasi biasanya mengandung alkaloid. Dua jenis tumbuhan yang sering digunakan sebagai rodentisida nabati adalah jenis gadung KB dan gadung racun.
4. Kelompok tumbuhan moluskisida, adalah kelompok tumbuhan yang menghasilkan pestisida pengendali hama moluska. Beberapa tanaman menimbulkan pengaruh moluskisida, diantaranya: daun sembung, akar tuba, patah tulang dan tefrosia (kacang babi).
5. Kelompok tumbuhan pestisida serba guna, adalah kelompok tumbuhan yang tidak berfungsi hanya satu jenis saja, misalnya insektisida saja, tetapi juga berfungsi sebagai fungisida, bakterisida, moluskisida, nematisida dan lainnya. Contoh tumbuhan dari keompok ini adalah: jambu mete, lada, mimba, mindi, tembakau dan cengkih.
Pestisida nabati dapat membunuh atau mengganggu serangan hama dan penyakit melalui cara kerja yang unik, yaitu dapat melalui perpaduan berbagai cara atau secara tunggal.
Cara kerja pestisida nabati sangat spesifik, yaitu :
• merusak perkembangan telur, larva dan pupa
• menghambat pergantian kulit
• mengganggu komunikasi serangga
• menyebabkan serangga menolak makan
• menghambat reproduksi serangga betina
• mengurangi nafsu makan
• memblokir kemampuan makan serangga
• mengusir serangga
• menghambat perkembangan patogen penyakit.
Pestisida nabati mempunyai beberapa keunggulan dan kelemahan. Keunggulan pestisida nabati adalah :
• murah dan mudah dibuat sendiri oleh petani
• relatif aman terhadap lingkungan
• tidak menyebabkan keracunan pada tanaman
• sulit menimbulkan kekebalan terhadap hama
• kompatibel digabung dengan cara pengendalian yang lain
• menghasilkan produk pertanian yang sehat karena bebas residu pestisida kimia.
Sementara, kelemahannya adalah :
(1) daya kerjanya relatif lambat;
(2) tidak membunuh jasad sasaran secara langsung;
(3) tidak tahan terhadap sinar matahari;
(4) kurang praktis;
(5) tidak tahan disimpan
(6) kadang-kadang harus disemprotkan berulang-ulang.
Pestisida nabati dapat diaplikasikan dengan menggunakan alat semprot (sprayer) gendong seperti pestisida kimia pada umumnya. Namun, apabila tidak dijumpai alat semprot, aplikasi pestisida nabati dapat dilakukan dengan bantuan kuas penyapu (pengecat) dinding atau merang yang diikat. Caranya, alat tersebut dicelupkan kedalam ember yang berisi larutan pestisida nabati, kemudian dikibas-kibaskan pada tanaman.
Supaya penyemprotan pestisida nabati memberikan hasil yang baik, butiran semprot harus diarahkan ke bagian tanaman dimana jasad sasaran berada.
Apabila sudah tersedia ambang kendali hama, penyemprotan pestisida nabati sebaiknya berdasarkan ambang kendali. Untuk menentukan ambang kendali, perlu dilakukan pengamatan hama seteliti mungkin. Pengamatan yang tidak teliti dapat mengakibatkan hama sudah terlanjur besar pada pengamatan berikutnya dan akhirnya sulit dilakukan pengendalian.
1. Kelompok tumbuhan insektisida nabati, adalah kelompok tumbuhan yang menghasilkan pestisida pengendali hama insekta. Contoh tumbuhan dari kelompok ini adalah: piretrium, aglaia, babadotan, bengkuang, bitung, jaringau, saga, serai, sirsak, srikaya.
2. Kelompok tumbuhan antraktan atau pemikat, adalah tumbuhan yang menghasilkan suatu bahan kimia yang menyerupai sex pheromon pada serangga betina. Bahan kimia tersebut akan menarik serangga jantan, khususnya hama lalat buah dari jenis Bactrocera dorsalis. Contoh tumbuhan dari kelompok ini adalah: daun wangi dan selasih.
3. Kelompok tumbuhan rodentisida nabati, adalah kelompok tumbuhan yang menghasilkan pestisida pengendali hama rodentia. Tumbuh-tumbuhan ini terbagi menjadi dua jenis, yaitu sebagai penekan kelahiran (efek aborsi atau kontrasepsi) dan penekan populasi, yaitu meracuninya. Tumbuhan yang termasuk kelompok penekan kelahiran umumnya mengandung steroid, sedangkan yang tergolong penekan populasi biasanya mengandung alkaloid. Dua jenis tumbuhan yang sering digunakan sebagai rodentisida nabati adalah jenis gadung KB dan gadung racun.
4. Kelompok tumbuhan moluskisida, adalah kelompok tumbuhan yang menghasilkan pestisida pengendali hama moluska. Beberapa tanaman menimbulkan pengaruh moluskisida, diantaranya: daun sembung, akar tuba, patah tulang dan tefrosia (kacang babi).
5. Kelompok tumbuhan pestisida serba guna, adalah kelompok tumbuhan yang tidak berfungsi hanya satu jenis saja, misalnya insektisida saja, tetapi juga berfungsi sebagai fungisida, bakterisida, moluskisida, nematisida dan lainnya. Contoh tumbuhan dari keompok ini adalah: jambu mete, lada, mimba, mindi, tembakau dan cengkih.
Pestisida nabati dapat membunuh atau mengganggu serangan hama dan penyakit melalui cara kerja yang unik, yaitu dapat melalui perpaduan berbagai cara atau secara tunggal.
Cara kerja pestisida nabati sangat spesifik, yaitu :
• merusak perkembangan telur, larva dan pupa
• menghambat pergantian kulit
• mengganggu komunikasi serangga
• menyebabkan serangga menolak makan
• menghambat reproduksi serangga betina
• mengurangi nafsu makan
• memblokir kemampuan makan serangga
• mengusir serangga
• menghambat perkembangan patogen penyakit.
Pestisida nabati mempunyai beberapa keunggulan dan kelemahan. Keunggulan pestisida nabati adalah :
• murah dan mudah dibuat sendiri oleh petani
• relatif aman terhadap lingkungan
• tidak menyebabkan keracunan pada tanaman
• sulit menimbulkan kekebalan terhadap hama
• kompatibel digabung dengan cara pengendalian yang lain
• menghasilkan produk pertanian yang sehat karena bebas residu pestisida kimia.
Sementara, kelemahannya adalah :
(1) daya kerjanya relatif lambat;
(2) tidak membunuh jasad sasaran secara langsung;
(3) tidak tahan terhadap sinar matahari;
(4) kurang praktis;
(5) tidak tahan disimpan
(6) kadang-kadang harus disemprotkan berulang-ulang.
Pestisida nabati dapat diaplikasikan dengan menggunakan alat semprot (sprayer) gendong seperti pestisida kimia pada umumnya. Namun, apabila tidak dijumpai alat semprot, aplikasi pestisida nabati dapat dilakukan dengan bantuan kuas penyapu (pengecat) dinding atau merang yang diikat. Caranya, alat tersebut dicelupkan kedalam ember yang berisi larutan pestisida nabati, kemudian dikibas-kibaskan pada tanaman.
Supaya penyemprotan pestisida nabati memberikan hasil yang baik, butiran semprot harus diarahkan ke bagian tanaman dimana jasad sasaran berada.
Apabila sudah tersedia ambang kendali hama, penyemprotan pestisida nabati sebaiknya berdasarkan ambang kendali. Untuk menentukan ambang kendali, perlu dilakukan pengamatan hama seteliti mungkin. Pengamatan yang tidak teliti dapat mengakibatkan hama sudah terlanjur besar pada pengamatan berikutnya dan akhirnya sulit dilakukan pengendalian.
Cara Budidaya Belut Dalam Tong
1. Perlengkapan
Hal yang paling utama dan pertama sekali yang harus dipersiapkan dalam budidaya belut didalam tong adalah peralatan-peralatan sebagai berikut:
• Tong atau Drum, disarankan yang terbuat dari bahan plastik agar tidak berkarat.
• Paralon
• Kawat Kasa
• Tandon sebagai penampung air
• Ember, cangkul, baskom dan juga jerigen.
2. Persiapan dan Teknik Budidaya Belut
Persiapan dan teknik budidaya belut perlu diketahui agar kelak mendapatkan hasil yang maksimal. Disini hal yang perlu diperhatikan adalah media pemeliharaan sebagai tempat berkembang biak atau media tempat membesarkan belut. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
A. Drum atau Tong
Drum yang digunakan untuk budidaya belut harus yang tidak bocor dan juga tidak berkarat. Bila drum yang digunakan terbuat dari besi atau kaleng, maka sebaliknya drum tersebut sebaiknya dibersihkan terlebih dahulu dari karat dan lakukan pengecetan ulang dan diamkan sampai kering hingga tidak berbau cat lagi.
Cara mempersiapkan drum atau tong sebagai media budidaya belut dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut ini:
• Letakkanlah tong pada posisi tanah yang datar. Hal ini dilakukan agar media menjadi lebih luas.
• Buka bagian tengan drum dan sisakan 5 cm pada bagian sisi kiri dan kanan.
• Pasang alat sebagai penganjal agar drum tidak menggelinding dan bergerak.
• Buat saluran pembuangan dibawah tong. Letak saluran pembuangan ini dapat disesuaikan dengan penampungan limbah pembuangan.
• Buah peneduh tong, sehingga intensitas panas matahari tidak terlalu tinggi dan mengenai langsung ke permukaan drum. Bahan ini dapat dibuat dengan net atau waring dan bisa juga dibuat dengan bahan-bahan yang lebih sederhana lainnya.
B. Media Tanah
Media tanah yang digunakan adalah tanah yang tidak berpasir dan juga tanah yang tidak terlalu liat dan memiliki kandungan hara yang cukup. Dalam hal ini disarankan untuk menggunakan media tanah yang diambil dari sawah. Pematangan media tanah dapat dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:
• Masukkan tanah kedalam tong hingga ketinggian 30-40 cm
• Masukkan air hingga tanah becek namun tidak menggenang.
• Masukkan EM 4 sebanyak 4 botol kedalam tong.
• Aduk tanah sebanyak 2 kali sehari hingga tanah menjadi lembut dan gembur.
Perlu diketahui bahwa perlakuan diatas tidak berlaku untuk bahan baku tanah yang diambil dari sawah.
C. Media Instan Bokashi
Media ini dibuat diluar tong yang merupakan campuran dari bahan utama dan bahan campuran. Penggunaan 100 kilo bahan akan menghasilkan 90 kilo media instan bokashi. Untuk setiap tong ukuran 200 liter membutuhkan 40 kilo bokashi. Dalam pembuatan bokashi dibutuhkan bahan-bahan utama sebagai berikut:
• Jerami padi (40 persen)
• Pupuk Kandang (30 persen)
• Bekatul (20 persen)
• Potongan batang pisang (10 persen)
Bahan dan campurannya terdiri atas
• EM4
• Air Sumur
• Larutan 250 gram gula pasir untuk menghasilkan 1 liter larutan molases.
Cara pembuatan media instan bokashi dilakukan sebagai berikut:
• Cacah jerami dan potongan batang pisang dan kemudian dikeringkan terlebih dahulu. Tanda bahan yang sudah kering adalah hancur ketika digenggam.
• Campurkan bahan cacahan diatas dengan bahan pokok lainnya dan aduk hingga merata.
• Campurkanlah bahan ini sedikit demi sedikit tetapi jangan terlalu basah.
• Tutup media dengan karung goni atau terpal selama 4-7 hari. Bolak balik campuran agar tidak membusuk.
D. Mencampur Media Tanah dan Media Bokashi
Untuk mencapur media tanah dan media bokashi dapat dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:
• Masukkan media Bokashi kedalam tong dan aduk hingga merata.
• Masukkan air kedalam tong hingga ketinggian 5 cm dan diamkanlah hingga terdapat plankton atau cacing (sekitar 1 minggu) selama proses ini berlangsung tong tidak perlu ditutup.
• Keluarkan air dari tong dan ganti dengan air baru dengan ketinggian yang sama.
• Masukkkan tumbuhan air yang tidak terlalu besar sebanyak 3/4 bagian dan ikan-ikan kecil.
• Masukkan vetsin secukupnya sebagai perangsang nafsu makan belut dan diamkan selama 2 hari.
Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah ketinggian seluruh media, kecuali media tumbuhan air tidak lebih dari 50 cm.
E. Masukkan bibit belut
Setelah seluruh media budidaya diatas dipersiapkan, maka tahapan selanjutnya adalah menebarkan bibit belut. Bibit yang ditebar sebaiknya sebanyak 2 kg atau dengan jumlah bibit sebanyak 160-200 ekor.
3. Perawatan
Perawatan belut yang dibudidayakan didalam tong relatif lebih mudah karena pemantauan budidaya juga relatif kecil. Tetapi demikian perawatan harus tetapi diperhatikan, diantaranya adalah:
a. Pemberian Pakan
Sebenarnya tidak ada aturan baku tentang volume pemberian pakan. Tetapi sebaiknya pakan diberikan 5 persen dari jumlah bibit yang ditebarkan. Pakan yang diberikan sebaiknya terdiri dari cacing, kecebong, ikan-ikan kecil, dan cacahan keong mas atau bekicot. Pemberian pakan diberikan pada hari ke-3 setelah bibit ditebar didalam tong. Pemberian pakan sebaiknya dilakukan pada sore hari seperti kebiasaan belut makan dialam bebas, yaitu sore dan malah hari.
b. Pengaturan Air
Pengaturan air sangat diperlukan untuk membuang sisa makanan agar tidak menumpuk dan menimbulkan penyakit bagi belut. Pengaturan air ini dapat dilakukan dengan cara mengalirkan air bersih kedalam tong. Sebaiknya air yang masuk berupa percikan air, dan hal ini sangat cocok dilakukan dengan menggunakan pipa paralon sebagai media aliran. Sementara untuk saluran pembuangan dapat dilakukan dengan membuat lobang pada tong di ketinggian 8 cm dari genangan air pada media. Selain itu untuk mengatur pembuangan sisa kotoran percikan air juga sangat bermanfaat untuk menambah oksigen.
c. Perawatan Tanaman Air
Tanaman air ini juga digunakan sebagai penjaga kelembaban tempat budidaya dan juga menjaga belut dari kepanasan.
d. Pemberian EM4
EM4 berfungsi untuk menetralisir sisa-sisa pakan. Selain itu juga berfungsi untuk mengurangi bau. EM4 diberikan 2-3 kali sehari dengan dosis 1/2 sendok makan yang terlebih dilarutkan dalam 1 liter air.
e. Perawatan Disekitar Lokasi
Perawatan di sekitar lokasi ini dilakukan untuk menjaga tong dari tanaman liar, lumut, dan hama maupun predator pemangsa seperti ayam.
4. Pemanenan
Pemanenan belut sudah dapat dilakukan setelah 3–4 bulan masa budidaya dilakukan atau sesuai dengan keinginan kita dan keinginan (permintaan) pasar. Pemanenan untuk media drum / tong tentunya lebih mudah , dan belut hasil budidaya siap dipasarkan.
Hal yang paling utama dan pertama sekali yang harus dipersiapkan dalam budidaya belut didalam tong adalah peralatan-peralatan sebagai berikut:
• Tong atau Drum, disarankan yang terbuat dari bahan plastik agar tidak berkarat.
• Paralon
• Kawat Kasa
• Tandon sebagai penampung air
• Ember, cangkul, baskom dan juga jerigen.
2. Persiapan dan Teknik Budidaya Belut
Persiapan dan teknik budidaya belut perlu diketahui agar kelak mendapatkan hasil yang maksimal. Disini hal yang perlu diperhatikan adalah media pemeliharaan sebagai tempat berkembang biak atau media tempat membesarkan belut. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
A. Drum atau Tong
Drum yang digunakan untuk budidaya belut harus yang tidak bocor dan juga tidak berkarat. Bila drum yang digunakan terbuat dari besi atau kaleng, maka sebaliknya drum tersebut sebaiknya dibersihkan terlebih dahulu dari karat dan lakukan pengecetan ulang dan diamkan sampai kering hingga tidak berbau cat lagi.
Cara mempersiapkan drum atau tong sebagai media budidaya belut dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut ini:
• Letakkanlah tong pada posisi tanah yang datar. Hal ini dilakukan agar media menjadi lebih luas.
• Buka bagian tengan drum dan sisakan 5 cm pada bagian sisi kiri dan kanan.
• Pasang alat sebagai penganjal agar drum tidak menggelinding dan bergerak.
• Buat saluran pembuangan dibawah tong. Letak saluran pembuangan ini dapat disesuaikan dengan penampungan limbah pembuangan.
• Buah peneduh tong, sehingga intensitas panas matahari tidak terlalu tinggi dan mengenai langsung ke permukaan drum. Bahan ini dapat dibuat dengan net atau waring dan bisa juga dibuat dengan bahan-bahan yang lebih sederhana lainnya.
B. Media Tanah
Media tanah yang digunakan adalah tanah yang tidak berpasir dan juga tanah yang tidak terlalu liat dan memiliki kandungan hara yang cukup. Dalam hal ini disarankan untuk menggunakan media tanah yang diambil dari sawah. Pematangan media tanah dapat dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:
• Masukkan tanah kedalam tong hingga ketinggian 30-40 cm
• Masukkan air hingga tanah becek namun tidak menggenang.
• Masukkan EM 4 sebanyak 4 botol kedalam tong.
• Aduk tanah sebanyak 2 kali sehari hingga tanah menjadi lembut dan gembur.
Perlu diketahui bahwa perlakuan diatas tidak berlaku untuk bahan baku tanah yang diambil dari sawah.
C. Media Instan Bokashi
Media ini dibuat diluar tong yang merupakan campuran dari bahan utama dan bahan campuran. Penggunaan 100 kilo bahan akan menghasilkan 90 kilo media instan bokashi. Untuk setiap tong ukuran 200 liter membutuhkan 40 kilo bokashi. Dalam pembuatan bokashi dibutuhkan bahan-bahan utama sebagai berikut:
• Jerami padi (40 persen)
• Pupuk Kandang (30 persen)
• Bekatul (20 persen)
• Potongan batang pisang (10 persen)
Bahan dan campurannya terdiri atas
• EM4
• Air Sumur
• Larutan 250 gram gula pasir untuk menghasilkan 1 liter larutan molases.
Cara pembuatan media instan bokashi dilakukan sebagai berikut:
• Cacah jerami dan potongan batang pisang dan kemudian dikeringkan terlebih dahulu. Tanda bahan yang sudah kering adalah hancur ketika digenggam.
• Campurkan bahan cacahan diatas dengan bahan pokok lainnya dan aduk hingga merata.
• Campurkanlah bahan ini sedikit demi sedikit tetapi jangan terlalu basah.
• Tutup media dengan karung goni atau terpal selama 4-7 hari. Bolak balik campuran agar tidak membusuk.
D. Mencampur Media Tanah dan Media Bokashi
Untuk mencapur media tanah dan media bokashi dapat dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:
• Masukkan media Bokashi kedalam tong dan aduk hingga merata.
• Masukkan air kedalam tong hingga ketinggian 5 cm dan diamkanlah hingga terdapat plankton atau cacing (sekitar 1 minggu) selama proses ini berlangsung tong tidak perlu ditutup.
• Keluarkan air dari tong dan ganti dengan air baru dengan ketinggian yang sama.
• Masukkkan tumbuhan air yang tidak terlalu besar sebanyak 3/4 bagian dan ikan-ikan kecil.
• Masukkan vetsin secukupnya sebagai perangsang nafsu makan belut dan diamkan selama 2 hari.
Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah ketinggian seluruh media, kecuali media tumbuhan air tidak lebih dari 50 cm.
E. Masukkan bibit belut
Setelah seluruh media budidaya diatas dipersiapkan, maka tahapan selanjutnya adalah menebarkan bibit belut. Bibit yang ditebar sebaiknya sebanyak 2 kg atau dengan jumlah bibit sebanyak 160-200 ekor.
3. Perawatan
Perawatan belut yang dibudidayakan didalam tong relatif lebih mudah karena pemantauan budidaya juga relatif kecil. Tetapi demikian perawatan harus tetapi diperhatikan, diantaranya adalah:
a. Pemberian Pakan
Sebenarnya tidak ada aturan baku tentang volume pemberian pakan. Tetapi sebaiknya pakan diberikan 5 persen dari jumlah bibit yang ditebarkan. Pakan yang diberikan sebaiknya terdiri dari cacing, kecebong, ikan-ikan kecil, dan cacahan keong mas atau bekicot. Pemberian pakan diberikan pada hari ke-3 setelah bibit ditebar didalam tong. Pemberian pakan sebaiknya dilakukan pada sore hari seperti kebiasaan belut makan dialam bebas, yaitu sore dan malah hari.
b. Pengaturan Air
Pengaturan air sangat diperlukan untuk membuang sisa makanan agar tidak menumpuk dan menimbulkan penyakit bagi belut. Pengaturan air ini dapat dilakukan dengan cara mengalirkan air bersih kedalam tong. Sebaiknya air yang masuk berupa percikan air, dan hal ini sangat cocok dilakukan dengan menggunakan pipa paralon sebagai media aliran. Sementara untuk saluran pembuangan dapat dilakukan dengan membuat lobang pada tong di ketinggian 8 cm dari genangan air pada media. Selain itu untuk mengatur pembuangan sisa kotoran percikan air juga sangat bermanfaat untuk menambah oksigen.
c. Perawatan Tanaman Air
Tanaman air ini juga digunakan sebagai penjaga kelembaban tempat budidaya dan juga menjaga belut dari kepanasan.
d. Pemberian EM4
EM4 berfungsi untuk menetralisir sisa-sisa pakan. Selain itu juga berfungsi untuk mengurangi bau. EM4 diberikan 2-3 kali sehari dengan dosis 1/2 sendok makan yang terlebih dilarutkan dalam 1 liter air.
e. Perawatan Disekitar Lokasi
Perawatan di sekitar lokasi ini dilakukan untuk menjaga tong dari tanaman liar, lumut, dan hama maupun predator pemangsa seperti ayam.
4. Pemanenan
Pemanenan belut sudah dapat dilakukan setelah 3–4 bulan masa budidaya dilakukan atau sesuai dengan keinginan kita dan keinginan (permintaan) pasar. Pemanenan untuk media drum / tong tentunya lebih mudah , dan belut hasil budidaya siap dipasarkan.
Pengertian Sistem Tanam Tabela
Sistem tanam benih langsung (tabela) adalah penanaman tanaman padi tanpa melalui pesemaian dan pemindahan bibit. Budidaya tanam benih langsung padi pada dasarnya dapat dibedakan atas dua pilihan teknologi, yaitu tanam benih langsung secara merata (broad cast) pada areal pertanaman dan tanam benih langsung dalam larikan (on ows) (Supriyadi dan Malian, 1993).
Teknologi penyebaran benih secara merata pada areal pertanaman mampu menurunkan curahan tenaga kerja sekitar 28% (Hazairin dan Manalu, 1993). Namun kelemahan utama penerapan cara ini adalah meningkatnya kebutuhan benih 2–3 kali lipat, serta kendala pemanenan karena tidak adanya jarak tanam.
Budidaya tanam benih langsung dalam larikan tidak banyak mengubah cara budidaya yang telah berlangsung selama ini karena tetap menggunakan larikan dengan jarak antar barisan antara 22–25 cm, tergantung varietas yang ditanam. Kebutuhan benih dengan cara ini berkisar antara 50–60 kg/ha, atau antara 1,5–2 kali lipat dibandingkan dengan tanam pindah (Supriono dan Milan, 1993).
Beberapa penyempurnaan dalam penerapan tanam benih langsung dalam larikan telah dilakukan dan ditemukan Tabela Legowo, padi ditanam dalam larikan 4–6 baris, dikosongkan 1 baris ditanam lagi, 4–6 baris berikutnya dan seterusnya. Hasil penelitian dari 1992–1994 di Balittan Sukamandi, menunjukkan bahwa tabela Legowo dua baris adalah yang paling baik, karena produksi padi tidak turun, selama musim tanam padi.
Cara pengolahan tanah dalam budidaya padi tabela pada prinsipnya sama dengan budidaya tanam pindah. Untuk mendapatkan hasil yang optimal diperlukan pengolahan tanah yang sempurna. Pengolahan tanah yang dalam akan mempercepat pertumbuhan tanaman sehingga tanaman tidak mudah rebah pada stadia generatif. Permukaan tanah harus rata agar tinggi permukaan air dapat dikontrol (Supriadi dan Malian, 1993).
Teknik tanam tabela dengan menggunakan alat tanam Atabela tidak memerlukan pesemaian seperti pada teknik tanam pindah. Benih langsung direndam selama 24 jam kemudian dikering anginkan selama 12–14 jam dan langsung di tanam dalam larikan. Benih yang digunakan sekitar 40 kg/ha sedangkan tanam pindah (tapin) hanya 25 kg/ha.
Bila dibandingkan antara penggunaan cara tanam pindah dengan cara tanam tabela, maka cata tanam tabela akan memberikan beberapa keuntungan, antara lain :
a) Biaya tenaga kerja diluar panen 25–30 persen lebih rendah
b) Biaya sarana produksi 5–10 persen lebih rendah.
c) Hasil per hektar 10–25 persen lebih tinggi dan harga gabah maupun beras lebih tinggi (karena kualitas lebih baik).
d) Pendapatan bersih petani meningkat dari Rp. 1,2–1,5 juta/ha/musim menjadi Rp. 2,0–2,5 juta/ha/musim (Adnyana dkk, 1997) (klik link dibawah ini untuk membaca langsung dari sumbernya).
cara merawat bunga anggrek
Anggrek adalah tumbuhan berbunga dengan anggota jenis terbanyak. Jenis-jenisnya tersebar luas dari daerah tropika basah hingga wilayah sirkumpolar, meskipun sebagian besar anggotanya ditemukan di daerah tropika.
Ini adalah beberapa tips untuk cara merawat bunga anggrek dengan benar :
• Cahaya Matahari
Anggrek membutuhkan intensitas matahari yang berbeda. Selama pertumbuhannya tanaman anggrek memerlukan naungan. cara merawat bunga anggrek Seperti habitat aslinya, dimana tanaman anggrek tumbuh didalam hutan, menempel didahan pohon yang rindang. Phalaenopsis, jenis anggrek yang membutuhkan intensitas matahari paling rendah, 20%. Jenis lainnya pada kisaran 40% – 60%.
• Penyiraman
Penyiraman yang baik untuk cara merawat bunga anggrek langsung disemprotkan pada bagian akar, supaya langsung terserap.Penyiriraman baik dilakukan pada pagi hari jam 07.00 ~ 09.00 dan sore hari jam 15.00 ~ 17.00. Jangan menyiram anggrek terlalu banyak.
• Pemupukan
Cara merawat bunga anggrek untuk pemupukan ada 2 macam :
1. Fase vegetatif adalah periode pertumbuhan tanaman anggrek dari penyemaian sampai anggrek muda,
Pada fase vegetatif pupuk yang mesti digunakan adalah pupuk yang kaya akan unsur N
2. Fase generatif adalah saat anggrek mulai dewasa dan telah siap berbunga,Pada fase generatif bisa diberikan pupuk dengan unsur hara P yang lebih tinggi.
• Penggantian Pot
Adapun tandanya saat yang tepat melakukan penggantian pot adalah :
1. Pot sudah padat oleh tunas baru
2. Pot sudah tidak cukup menampung perakarannya
3. Media tanam banyak ditumbuhi lumut
4. Media tanam sudah hancur dan lapuk.
• Lokasi, suhu, dan kelembaban
Suhu udara berkisar 15ºC-35ºC (suhu optimum 21ºC) untuk cara merawat bunga anggrek dengan sirkulasi udara yang baik. Kelembaban udara berkisar antara 65%-70%.
Hama Dan Penyakit Yang Sering Menyerang Tanaman Wortel
Hama
1. Ulat tanah (Agrotis ipsilon Hufn.)
Hama ini sering disebut uler lutung (Jawa) atau hileud taneuh (Sunda) dan "Cutworms" (Inggris). Serangga dewasa berupa kupu-kupu berwarna coklat tua, bagian sayap depannya bergaris-garis dan terdapat titik putih. Stadium hama yang merugikan tanaman adalah ulat atau larva. Ciri: ulat tanah adalah berwarna coklat sampai hitam, panjangnya antara 4-5 cm dan bersembunyi di dalam tanah. Gejala: ulat tanah menyerang bagian pucuk atau titik tumbuh tanaman wortel yang masih muda. Akibat serangan, tanaman layu atau terkulai, terutama pada bagian tanaman yang dirusak hama. Pengendalian non kimiawi: dilakukan dengan mengumpulkan ulat pada pagi atau siang hari, dari tempat yang dicurigai bekas serangannya untuk segera dibunuh, menjaga kebersihan kebun dan pergiliran tanaman. Pengendalian kimiawi: dengan menggunakan insektisida Furadan 3G atau Indofuran 3G pada saat tanam atau disemprot Hostathion 40 EC dan lain-lain pada konsentrasi yang dianjurkan.
2. Kutu daun (Aphid, Aphis spp.)
Ciri: kutu daun dewasa berwarna hijau sampai hitam, hidup berkelompok di bawah daun atau pada pucuk tanaman. Gejala: menyerang tanaman dengan cara mengisap cairan selnya, sehingga menyebabkan daun keriting atau abnormal. Pengendalian: mengatur waktu tanam secara serempak dalam satu hamparan lahan untuk memutus siklus hidupnya.
3. Lalat atau magot (Psila rosae)
Gejala: stadium hama yang sering merusak tanaman wortel adalah larvanya. Larva masuk ke dalam umbi dengan cara menggerek atau melubanginya. Pengendalian: pergiliran tanaman dengan jenis yang tidak sefamili atau disemprot insektisida Decis 2,5 EC dan lain-lain dengan dosis yang dianjurkan.
Penyakit
1. Bercak daun Cercospora
8Penyebab: cendawan (jamur) Cercospora carotae (Pass.) Solheim. Gejala: pada daun-daun yang sudah tua timbul bercak-bercak berwarna coklat muda atau putih dengan pinggiran berwarna coklat tua sampai hitam. Pengendalian: (1) disinfeksi benih dengan larutan fungisida yang mengandung tembaga klorida satu permil selama 5 menit; (2) pergiliran tanaman dengan jenis lain yang tidak sefamili; (3) pembersihan sisa-sisa tanaman dari sekitar kebun; (4) penyemprotan fungisida yang mangkus dan sangkil seperti Dithane M-45 0,2%.
2. Nematoda bintil akar
Penyebab: mikro organisme nematoda Sista (Heterodera carotae). Gejala: umbi dan akar tanaman wortel menjadi salah bentuk, berbenjol-benjol abnormal. Pengendalian: melakukan pergiliran tanaman dengan jenis lain yang tidak sefamili, pemberaan lahan dan penggunaan nematisida seperti Rugby 10 G atau Rhocap 10 G.
3. Busuk alternaria
Penyebab: cendawan Alternaria dauci Kuhn. Gejala: Pada daun terjadi bercak-bercak kecil, berwarna coklat tua sampi hitam yang dikelilingi oleh jaringan berwarna hijau-kuning (klorotik). Pada umbi ada gejala bercak-bercak tidak beraturan bentuknya, kemudian membusuk berwarna hitam sampai hitam kelam. Pengendalian: sama dengan cara yang dilakukan pada Cercospora.
Teknik Budidaya Tanaman Wortel
Pembibitan
1 Persyaratan Benih
Untuk mendapatkan hasil yang optimal, sumber benih yang menjadi bibit harus memenuhi syarat sebagai berikut:
- Tanaman tumbuh subur dan kuat.
- Bebas hama dan penyakit(sehat).
- Bentuknya seragam.
- Dari jenis yang berumur pendek.
- Berproduksi tinggi.
2 Penyiapan Benih
Wortel diperbanyak secara generatif dengan biji-bijinya. Biji (benih) wortel dapat dibeli di toko-toko sarana produksi pertanian terdekat, tetapi dapat pula membenihkan sendiri, terutama atas jenis/varietas wortel lokal dan non hibrida.
Para petani di sentra produksi sayuran sudah umum mempraktekan pembenihan (pembijian) wortel lokal dengan tahap-tahap pekerjaan sebagai berikut :
- Pilih tanaman wortel yang umurnya cukup tua (± 3 bulan), tumbuhnya subur dan sehat. Bongkar (cabut) tanaman wortel pilihan tadi, kemudian amati umbinya. Umbi wortel yang baik dan sehat jadikan pohon induk, bentuk normal (tidak cacat), warna kulit mengkilap kuning/jingga dan halus.
- Potong ujung umbi wortel maksimal sepertiga bagian, pangkas pula tangkai daun bersama daunnya, sisakan 10 cm yang lekat pada umbi.
- Siapkan lahan untuk kebun pembibitan wortel dapat bentuk bedengan-bedengan yang diolah secara sempurna (dipupuk kandang optimal).
- Buat lubang tanam dengan alat bantu cangkul/tugal pada jarak tanam 40-60 cm x 40-60 cm.
- Tanam umbi wortel pada lubang tanam, padatkan tanahnya perlahan-lahan hingga menutup bagian leher batang.
- Buat alur-alur dangkal disepanjang barisan tanaman (umbi) wortel sejauh ± 5 cm dari batang (dalam bentuk lubang pupuk oleh tugal).
- Lakukakan pemberian pupuk buatan berupa campuran ZA+SP+KCL (1:2:2) sebanyak 10 gr/tanaman, kemudian pupuk tersebut segera ditutup dengan tanah tipis .
- Pelihara kebun bibit wortel selama ± 3 bulan hingga menghasilkan tangkai buah dan biji dalam jumlah banyak.
- Petik tangkai buah wortel yang sudah tua (kering), lalu jemur hingga kering untuk diambil biji-bijinya.
Tatacara penyiapan benih wortel adalah sebagai berikut:
- Pilih benih wortel yang baik, yakni berasal dari varietas unggul, murni, dan daya kecambahnya tinggi (lebih dari 90%).
- Gosok-gosokan benih wortel dengan kedua belah telapak tangan agar diantara benih satu sama lain tidak berlekatan.
3 Teknik Penyemaian Benih
Biji wortel ditaburkan langsung di tempat penanaman, dapat disebarkan merata di bedengan atau dengan dicicir memanjang dalam barisan. Jarak barisan paling tidak 15 cm, kemudian kalau sudah tumbuh dapat dilakukan penjarangan sehingga tanaman wortel itu berjarak 3-5 cm satu sama lain.
Kebutuhan benih untuk penanaman setiap are antara 150-200 gram. Para petani sayuran jarang menggunakan lebih dari 10 kg benih untuk tiap hektar. Biji wortel akan mulai berkecambah setelah 8-12 hari.
Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
Selama ditanam, pemeliharaan wortel relatif mudah, yakni penyiangan bersamaan dengan pemupukan pada waktu tanaman berumur 1 bulan sejak tanam. Pupuk yang diberikan berupa ZA 2 kuintal dan ZK 1 kuintal/hektar diletakkan sejauh 5 cm dari batangnya, baik sejajar dengan barisan maupun dilarutkan dalam air untuk disiramkan kepada tanah.
Untuk merangsang pembentukkan umbi yang optimal perlu ditunjang pembubunan dan pengguludan sekaligus memperjarang tanaman yang tumbuhnya sangat rapat. Sisakan tanaman yang pertumbuhannya baik dan sehat pada jarak 5-10 cm. Untuk mengendalikan hama serangga Semiaphis aphid dan S. daucisi penyerang daun serta lalat Psilarosae pelubang umbi wortel perlu disemprot insektisida yang dianjurkan, misal Folidol 0,2%.
1. Pepengolahan media tanam
Areal yang akan dijadikan kebun wortel, tanahnya diolah cukup dalam dan sempurna, kemudian diberi pupuk kandang 20 ton/ha, baik dicampur maupun menurut larikan sambil meratakan tanah. Tanah yang telah diolah itu diratakan dan dibuat alur sedalam 1 cm dan jarak antara alur 15-20 cm.
- Rendam benih wortel dalam air dingin selama 12-24 jam atau dalam air hangat suam-suam kuku (60 derajat C) selama 15 menit. Tujuan dari perendaman benih adalah mempercepat proses perkecambahannya.
- Tiriskan benih wortel dalam suatu wadah, misal tampah hingga menjadi cukup kering. Benih wortel sudah siap ditanam (disebar) di lahan kebun.
Idealnya dipersiapkan dalam bentuk bedengan-bedengan selebar 100 cm dan langsung dibuat alur-alur/larikan jarak 20 cm, hingga siap ditanam. Biarkan tanah dikering anginkan selama minimal 15 hari, agar kelak keadaan tanah benar-benar matang.
Pembentukan Bedengan
Olah tanah untuk kedua kalinya dengan cangkul hingga struktur tanah bertambah gembur.
Buat bedengan-bedengan dengan ukuran lebar 120-150 cm, tinggi 30-40 cm, jarak antar bedengan 50-60 cm dan panjang tergantung pada keadaan lahan.
1. Pengapuran
Lakukan pengapuran bila pH tanah asam di bawah 5 dengan cara menaburkan bahan kapur seperti Calcit, Dolomit atau Zeagro 1 secara merata di permukaan tanah. Dosis kapur yang diberikan berkisar antara 0,75-10,24 ton/ha.
Campurkan kapur dengan lapisan tanah atas (top soil) sambil dibalikan hingga benar-benar merata. Bila tidak turun hujan, tanah yang telah dikapur sebaiknya disiram (diairi) hingga cukup basah.
2. Pemupukan
Sebarkan pupuk kandang yang telah matang (jadi) sebanyak 15-20 ton/ha di permukaan bedengan, kemudian campurkan dengan lapisan tanah atas secara merata. Pada tanah yang masih subur (bekas kubis atau kentang), pemberian pupuk dapat ditiadakan. Ratakan permukaan bedengan hingga tampak datar dan rapi.
3. Teknik penanaman
Penentuan Pola Tanaman.
Tanah kebun dicangkul sedalam 30-40 cm dan digemburkan. Setelah itu dibuat bedengan tanaman selebar kurang lebih 100 cm dan dibuat guritan dengan jarak kurang lebih 20 cm.
Pembuatan Lobang Tanam.
Tanah diolah sedalam 30-40 cm hingga strukturnya gembur dengan menggunakan traktor/bajak dan alat cangkul.
Cara Penanaman.
Tata cara penanaman (penaburan) benih wortel melalui tahap-tahap sebagai berikut:
- Sebarkan (taburkan) benih wortel secara merata dalam alur-alur/garitan-garitan yang tersedia.
- Tutup benih wortel dengan tanah tipis sedalam 0,5-1 cm.
- Buat alur-alur dangkal sejauh 5 cm dari tempat benih arah barisan (memanjang) untuk meletakkan pupuk dasar. Jenis pupuk yang diberikan adalah campuran TSP ± 400 kg (± 200 kg P2 O5/ha) dengan KCl 150 kg (± 75 kg K2O/ha).
- Sebarkan pupuk tersebut secara merata, kemudian tutup dengan tanah tipis.
- Tutup tiap garitan (alur) dengan dedaunan kering atau pelepah daun pisang selama 7-10 hari untuk mencegah hanyutnya benih wortel oleh percikan (guyuran) air sekaligus berfungsi menjaga kestabilan kelembaban tanah. Setelah benih wortel tumbuh di permukaan tanah, penutup tadi segera dibuka kembali.
Pemeliharaan Tanaman
1. Penjarangan dan Penyulaman
Penjarangan tanaman wortel dilakukan pada saat tanaman berumur 1 bulan setelah tanam. Tujuan
penjarangan adalah untuk memperoleh tanaman wortel cepat tumbuh dan subur, sehingga hasil
produksinya dapat tinggi.
2. Penyiangan
Rumput-rumput liar (gulma) yang tumbuh disekitar kebun merupakan pesaing tanaman wortel dalam
kebutuhan air, sinar matahari, unsur hara dan lain-lain, sehingga harus disiangi. Waktu penyiangan
biasanya saat tanaman wortel berumur 1 bulan, bersamaan dengan penjarangan tanaman dan
pemupukan susulan. Cara menyiangi yang baik adalah membersihkan rumput liar dengan alat bantu kored/cangkul. Rumput liar yang tumbuh dalam parit dibersihkan agar tidak menjadi sarang hama dan penyakit. Tanah di sekitar barisan tanaman wortel digemburkan, kemudian ditimbunkan ke bagian pangkal batang wortel agar kelak umbinya tertutup oleh tanah.
3. Pembubunan
Pendangiran dilakukan pada saat umur tanaman 1 bulan, yaitu pada saat tanaman akan membentuk umbi, terutama sehabis hujan. Saat pendangiran ini dilakukan juga pembubunan.
4. Pemupukan
Jenis pupuk yang digunakan untuk pemupukan susulan adalah urea atau ZA. Dosis pupuk yang adalah urea 100 kg/ha atau ZA 200 kg/ha. Waktu pemberian pupuk susulan dilakukan bersamaan dengan kegiatan penyiangan, yakni pada saat tanaman wortel berumur 1 bulan. Cara pemupukan yang baik adalah dengan menyebarkan secara merata dalam alur-alur atau garitan-garitan dangkal atau dimasukkan ke dalam lubang pupuk (tugal) sejauh 5-10 cm dari batang wortel, kemudian segera ditutup dengan tanah dan disiram atau diairi hingga cukup basah.
5. Pengairan dan Penyiraman
Pada fase awal pertumbuhannya, tanaman wortel memerlukan air yang memadai, sehingga perlu disiram (diairi) secara kontinue 1-2 kali sehari, terutama pada musim kemarau. Bila tanaman wortel sudah tumbuh besar, maka pengairan dapat dikurangi. Hal penting yang harus diperhatikan adalah agar tanah tidak kekeringan.
6. Waktu Penyemprotan Pestisida
Pengendalian secara kimiawi dapat dilakukan dengan menggunakan insektisida Furadan 3 G atau Indofuran 3 G pada saat tanam atau disemprot Hostathion 40 EC dan lain-lain pada konsentrasi yang dianjurkan.
1 Persyaratan Benih
Untuk mendapatkan hasil yang optimal, sumber benih yang menjadi bibit harus memenuhi syarat sebagai berikut:
- Tanaman tumbuh subur dan kuat.
- Bebas hama dan penyakit(sehat).
- Bentuknya seragam.
- Dari jenis yang berumur pendek.
- Berproduksi tinggi.
2 Penyiapan Benih
Wortel diperbanyak secara generatif dengan biji-bijinya. Biji (benih) wortel dapat dibeli di toko-toko sarana produksi pertanian terdekat, tetapi dapat pula membenihkan sendiri, terutama atas jenis/varietas wortel lokal dan non hibrida.
Para petani di sentra produksi sayuran sudah umum mempraktekan pembenihan (pembijian) wortel lokal dengan tahap-tahap pekerjaan sebagai berikut :
- Pilih tanaman wortel yang umurnya cukup tua (± 3 bulan), tumbuhnya subur dan sehat. Bongkar (cabut) tanaman wortel pilihan tadi, kemudian amati umbinya. Umbi wortel yang baik dan sehat jadikan pohon induk, bentuk normal (tidak cacat), warna kulit mengkilap kuning/jingga dan halus.
- Potong ujung umbi wortel maksimal sepertiga bagian, pangkas pula tangkai daun bersama daunnya, sisakan 10 cm yang lekat pada umbi.
- Siapkan lahan untuk kebun pembibitan wortel dapat bentuk bedengan-bedengan yang diolah secara sempurna (dipupuk kandang optimal).
- Buat lubang tanam dengan alat bantu cangkul/tugal pada jarak tanam 40-60 cm x 40-60 cm.
- Tanam umbi wortel pada lubang tanam, padatkan tanahnya perlahan-lahan hingga menutup bagian leher batang.
- Buat alur-alur dangkal disepanjang barisan tanaman (umbi) wortel sejauh ± 5 cm dari batang (dalam bentuk lubang pupuk oleh tugal).
- Lakukakan pemberian pupuk buatan berupa campuran ZA+SP+KCL (1:2:2) sebanyak 10 gr/tanaman, kemudian pupuk tersebut segera ditutup dengan tanah tipis .
- Pelihara kebun bibit wortel selama ± 3 bulan hingga menghasilkan tangkai buah dan biji dalam jumlah banyak.
- Petik tangkai buah wortel yang sudah tua (kering), lalu jemur hingga kering untuk diambil biji-bijinya.
Tatacara penyiapan benih wortel adalah sebagai berikut:
- Pilih benih wortel yang baik, yakni berasal dari varietas unggul, murni, dan daya kecambahnya tinggi (lebih dari 90%).
- Gosok-gosokan benih wortel dengan kedua belah telapak tangan agar diantara benih satu sama lain tidak berlekatan.
3 Teknik Penyemaian Benih
Biji wortel ditaburkan langsung di tempat penanaman, dapat disebarkan merata di bedengan atau dengan dicicir memanjang dalam barisan. Jarak barisan paling tidak 15 cm, kemudian kalau sudah tumbuh dapat dilakukan penjarangan sehingga tanaman wortel itu berjarak 3-5 cm satu sama lain.
Kebutuhan benih untuk penanaman setiap are antara 150-200 gram. Para petani sayuran jarang menggunakan lebih dari 10 kg benih untuk tiap hektar. Biji wortel akan mulai berkecambah setelah 8-12 hari.
Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
Selama ditanam, pemeliharaan wortel relatif mudah, yakni penyiangan bersamaan dengan pemupukan pada waktu tanaman berumur 1 bulan sejak tanam. Pupuk yang diberikan berupa ZA 2 kuintal dan ZK 1 kuintal/hektar diletakkan sejauh 5 cm dari batangnya, baik sejajar dengan barisan maupun dilarutkan dalam air untuk disiramkan kepada tanah.
Untuk merangsang pembentukkan umbi yang optimal perlu ditunjang pembubunan dan pengguludan sekaligus memperjarang tanaman yang tumbuhnya sangat rapat. Sisakan tanaman yang pertumbuhannya baik dan sehat pada jarak 5-10 cm. Untuk mengendalikan hama serangga Semiaphis aphid dan S. daucisi penyerang daun serta lalat Psilarosae pelubang umbi wortel perlu disemprot insektisida yang dianjurkan, misal Folidol 0,2%.
1. Pepengolahan media tanam
Areal yang akan dijadikan kebun wortel, tanahnya diolah cukup dalam dan sempurna, kemudian diberi pupuk kandang 20 ton/ha, baik dicampur maupun menurut larikan sambil meratakan tanah. Tanah yang telah diolah itu diratakan dan dibuat alur sedalam 1 cm dan jarak antara alur 15-20 cm.
- Rendam benih wortel dalam air dingin selama 12-24 jam atau dalam air hangat suam-suam kuku (60 derajat C) selama 15 menit. Tujuan dari perendaman benih adalah mempercepat proses perkecambahannya.
- Tiriskan benih wortel dalam suatu wadah, misal tampah hingga menjadi cukup kering. Benih wortel sudah siap ditanam (disebar) di lahan kebun.
Idealnya dipersiapkan dalam bentuk bedengan-bedengan selebar 100 cm dan langsung dibuat alur-alur/larikan jarak 20 cm, hingga siap ditanam. Biarkan tanah dikering anginkan selama minimal 15 hari, agar kelak keadaan tanah benar-benar matang.
Pembentukan Bedengan
Olah tanah untuk kedua kalinya dengan cangkul hingga struktur tanah bertambah gembur.
Buat bedengan-bedengan dengan ukuran lebar 120-150 cm, tinggi 30-40 cm, jarak antar bedengan 50-60 cm dan panjang tergantung pada keadaan lahan.
1. Pengapuran
Lakukan pengapuran bila pH tanah asam di bawah 5 dengan cara menaburkan bahan kapur seperti Calcit, Dolomit atau Zeagro 1 secara merata di permukaan tanah. Dosis kapur yang diberikan berkisar antara 0,75-10,24 ton/ha.
Campurkan kapur dengan lapisan tanah atas (top soil) sambil dibalikan hingga benar-benar merata. Bila tidak turun hujan, tanah yang telah dikapur sebaiknya disiram (diairi) hingga cukup basah.
2. Pemupukan
Sebarkan pupuk kandang yang telah matang (jadi) sebanyak 15-20 ton/ha di permukaan bedengan, kemudian campurkan dengan lapisan tanah atas secara merata. Pada tanah yang masih subur (bekas kubis atau kentang), pemberian pupuk dapat ditiadakan. Ratakan permukaan bedengan hingga tampak datar dan rapi.
3. Teknik penanaman
Penentuan Pola Tanaman.
Tanah kebun dicangkul sedalam 30-40 cm dan digemburkan. Setelah itu dibuat bedengan tanaman selebar kurang lebih 100 cm dan dibuat guritan dengan jarak kurang lebih 20 cm.
Pembuatan Lobang Tanam.
Tanah diolah sedalam 30-40 cm hingga strukturnya gembur dengan menggunakan traktor/bajak dan alat cangkul.
Cara Penanaman.
Tata cara penanaman (penaburan) benih wortel melalui tahap-tahap sebagai berikut:
- Sebarkan (taburkan) benih wortel secara merata dalam alur-alur/garitan-garitan yang tersedia.
- Tutup benih wortel dengan tanah tipis sedalam 0,5-1 cm.
- Buat alur-alur dangkal sejauh 5 cm dari tempat benih arah barisan (memanjang) untuk meletakkan pupuk dasar. Jenis pupuk yang diberikan adalah campuran TSP ± 400 kg (± 200 kg P2 O5/ha) dengan KCl 150 kg (± 75 kg K2O/ha).
- Sebarkan pupuk tersebut secara merata, kemudian tutup dengan tanah tipis.
- Tutup tiap garitan (alur) dengan dedaunan kering atau pelepah daun pisang selama 7-10 hari untuk mencegah hanyutnya benih wortel oleh percikan (guyuran) air sekaligus berfungsi menjaga kestabilan kelembaban tanah. Setelah benih wortel tumbuh di permukaan tanah, penutup tadi segera dibuka kembali.
Pemeliharaan Tanaman
1. Penjarangan dan Penyulaman
Penjarangan tanaman wortel dilakukan pada saat tanaman berumur 1 bulan setelah tanam. Tujuan
penjarangan adalah untuk memperoleh tanaman wortel cepat tumbuh dan subur, sehingga hasil
produksinya dapat tinggi.
2. Penyiangan
Rumput-rumput liar (gulma) yang tumbuh disekitar kebun merupakan pesaing tanaman wortel dalam
kebutuhan air, sinar matahari, unsur hara dan lain-lain, sehingga harus disiangi. Waktu penyiangan
biasanya saat tanaman wortel berumur 1 bulan, bersamaan dengan penjarangan tanaman dan
pemupukan susulan. Cara menyiangi yang baik adalah membersihkan rumput liar dengan alat bantu kored/cangkul. Rumput liar yang tumbuh dalam parit dibersihkan agar tidak menjadi sarang hama dan penyakit. Tanah di sekitar barisan tanaman wortel digemburkan, kemudian ditimbunkan ke bagian pangkal batang wortel agar kelak umbinya tertutup oleh tanah.
3. Pembubunan
Pendangiran dilakukan pada saat umur tanaman 1 bulan, yaitu pada saat tanaman akan membentuk umbi, terutama sehabis hujan. Saat pendangiran ini dilakukan juga pembubunan.
4. Pemupukan
Jenis pupuk yang digunakan untuk pemupukan susulan adalah urea atau ZA. Dosis pupuk yang adalah urea 100 kg/ha atau ZA 200 kg/ha. Waktu pemberian pupuk susulan dilakukan bersamaan dengan kegiatan penyiangan, yakni pada saat tanaman wortel berumur 1 bulan. Cara pemupukan yang baik adalah dengan menyebarkan secara merata dalam alur-alur atau garitan-garitan dangkal atau dimasukkan ke dalam lubang pupuk (tugal) sejauh 5-10 cm dari batang wortel, kemudian segera ditutup dengan tanah dan disiram atau diairi hingga cukup basah.
5. Pengairan dan Penyiraman
Pada fase awal pertumbuhannya, tanaman wortel memerlukan air yang memadai, sehingga perlu disiram (diairi) secara kontinue 1-2 kali sehari, terutama pada musim kemarau. Bila tanaman wortel sudah tumbuh besar, maka pengairan dapat dikurangi. Hal penting yang harus diperhatikan adalah agar tanah tidak kekeringan.
6. Waktu Penyemprotan Pestisida
Pengendalian secara kimiawi dapat dilakukan dengan menggunakan insektisida Furadan 3 G atau Indofuran 3 G pada saat tanam atau disemprot Hostathion 40 EC dan lain-lain pada konsentrasi yang dianjurkan.
Budidaya Tanaman Pare Atau Paria
Persiapan Lahan
Paria biasanya ditanam di atas bedengan, dengan ukuran lebar 1,5-2,5 m, panjang disesuaikan dengan kondisi lahan, tinggi bedengan 20 cm pada musim kemarau dan 30 cm pada musim
hujan. Jarak tanam 100 x 100 cm, 75 x 75 cm, atau 45 x 60 cm dalam barisan dan 120 x150 cm antar baris. Dalam satu bedengan terdapat dua barisan.
Pupuk Dasar
Pupuk kandang digunakan bersamaan dengan pengolahan lahan sebanyak 10-15 ton/ha dengan cara ditabur secara merata, atau ditempatkan pada lubang tanam 3 minggu sebelum tanam.
Penanaman
Penanaman dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan ditanam langsung dan dengan semai terlebih dahulu. Tanaman yang mati atau tidak tumbuh harus segera disulam.
Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman yang umum dilakukan berupa pemberian para-para, penyiangan, pengairan, pemupukan, pruning (pemangkasan) dan pengendalian hama penyakit. Paria memerlukan penopang, atau rambatan untuk meningkatkan produksi buah, memudahkan pengendalian OPT dan pemanenan. Rambatan diberikan saat tanaman berumur 3 minggu. Rambatan dapat berupa ajir, teralis, dan tunnel setinggi 1,5-2 m. Penyiangan dilakukan sesuai dengan pertumbuhan gulma bersamaan dengan pembubunan. Untuk mengendalikan gulma dapat juga digunakan mulsa alang-alang atau mulsa plastik hitam perak (MPHP). Pemasangan MPHP dilakukan setelah pengolahan tanah kedua atau setelah pembuatan bedengan. Tanaman paria tidak tahan kekeringan, perlu penyiraman disesuaikan dengan kondisi tanaman. Pembuatan parit disekeliling guludan sangat diperlukan untuk mengurangi genangan air, hal ini dilakukan pada musim penghujan. Pemupukan susulan pertama diberikan pada saat tanaman berumur 3 minggu. Sedangkan pemupukan susulan berikutnya dilakukan dengan interval 2 minggu sampai tanaman berumur 4 bulan. Pupuk susulannya berupa NPK (15:15:15) 5-10 gr/tanaman diberikan dengan cara larikan atau ditugal 10 cm dari tanaman, pada musim kemarau dianjurkan dengan cara dikocor.
Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT)
Hama yang sering ditemukan adalah lalat buah, Epilachna sp,. Kutu daun, trips, tungau dan siput dapat dikendalikan dengan pestisida yang selektif. Penyakit yang umum ditemukan adalah berupa embun tepung, layu bakteri, layu fusarium, serkospora dan virus (CMV). Pengendalian dilakukan dengan sanitasi dan menggunakan fungisida.
Panen dan Pasca Panen
Panen buah konsumsi dilakukan saat buah masih belum terlalu tua. Panen sebaiknya menggunakan pisau yang tajam. Produksi buah dapat mencapai 10-12 buah per batang atau 10-15 ton/ha. Sortasi untuk memisahklan buah yang rusak dan penyakit sangat diperlukan untuk menjaga kualitas panenan. Buah paria tidak tahan lama sehingga sebaiknya segera dipasarkan setelah panen. Penyimpanan pada suhu 12-130C dan kelembaban 85-90% dapat menjaga kualitas buah sampai 2-3 minggu.
Budidaya Tanaman Bawang Putih
1. Jenis-Jenis Bawang Putih
a. Lumbu hijau, potensi 8 - 10 ton umbi kering /ha, umur 95 - 125 hari, dan cocok ditanam pada ketinggian 900 - 1100 mdpl.
b. Lumbu kuning, potensi hasil 6 - 8 ton umbi kering/ha, umur 105 - 116 hari, dan cocok ditanam pada ketinggian 600 - 900 m dpl.
c. lumbuh putih, potensi hasil 6 - 8 ton umbi kering/ha, umur 90 - 114 hari, dan cocok ditanam pada ketinggian kurang dari 700 m dpl.
2. Syarat Tumbuh
a. Iklim
bawang putih yang tumbuh didataran tinggi menghendaki iklim kering dengan suhu 15 20 derajat celcius dengan curah hujan 120 - 240 mm/tahun.
b. Tanah
tanah yang cocok untuk tanaman bawang putih adalah tanah yang subur, gembur, dan banyak mengandung bahan organik. misalnya, regosol, latosol, dan alluvial dengan pH 6,7 - 7,0.
3. Persiapan Lahan
sebelum diadakan penanaman terlebih dahulu dilakukan persiapan lahan yaitu, tanah dibajak/dicangkul sedalam lebih kurang 30 cm. lalu dibuat bedengan dengan arah timur barat, ukuran lebar 120 cm, dan panjang sesuai kondisi lahan. tinggi bedengan lebih kurang 30 cm dan bagian tepi dipadatkan sedangkan jarak antar bedengan 40 cm. setelah itu taburkan pupuk kandang diatas bedengan dengan dosis 10 - 20 ton/ha kemudian bedengan dihaluskan, biarkan selama lebih kurang 2 minggu.
4. Penyiapan Bibit
bibit yang dipakai berasal dari tanaman yang tua, kulit umbi mengkilat, sehat, dan telah disimpan lebih dari 6 bulan dengan ukuran berkisar antara 1,1 - 2,0 g, pilih umbi yang keras dan mulus kemudian tiap umbi dipisahkan siung-siungnya sambil dikelaupas kulit luarnya.
5. Penanaman
sehari sebelum tanam, bedengan diberi pupuk SP-36 400 kg/ha dan KCL 325 kg/ha. dua macam pupuk tersebut ditebarkan secara merata diatas bedengan kemudian bedengan dihaluskan dengan cangkul dan disiram. sehari setelah pemupukan dasar, dilakukan penanaman. bibit dibenamkan 2/3 bagian yang tersisa sampai rata dengan dengan jarak tanam 20 x 20 cm, 20 x 15 cm atau 20 x 10 cm, tergantung varietas. setelah itu tanah disiram sampai cukup basah.
6. Pemeliharaan
a. Pengairan
sistem perakaran bawang putih sangat dangkal, sehingga perlu dijaga kelembapannya. tanah bedengan harus tetap basah, tetapi tidak tegenang. pemberian air dihentikan ketika menjelang panen.
b. Penulaman
penyulaman terhadap bibit yang mati atau jelek pertumbuhannya dilakukan 1 minggu setelah tanam.
c. Pemupukan susulan
pemupukan susulan diberikan dengan dosis pupuk N, didataran tinggi 125-250 kg/ha, sedangkan didataran rendah 240 kg/ha. waktu pemberian pupuk saat tanam berumur 15,30 dan 45 hari setelah tanam, masing-masing 1/3 dosis.
d. Penyiangan
penyiangan dilakukan 2 kali, yaitu umur 2 dan 4 minggu setelah tanam. pada saat penyiangan sekaligus dilakukan pembumbunan.
7. Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama
Ulat Daun (Spodoptera Exigua)
merupakan hama yang paling banyak menyerang bawang putih. akibat serangannya dapat menurunkan hasil panen sampai 75%. ulat masuk ke daun dan memakan daun dari dalam hingga tinggal epidermis luar, sehingga daun berwarna putih transparan, akhirnya terkulai.
pengendalian dapat dilakukan dengan pergiliran tanaman dan waktu tanam yang serempak. selain itu, dapat dilakukan dengan pemasangan sex pheromone maupun penggunaan insektisida.
Penyakit
Penyakit Layu (Fusarium, sp)
penyakit layu disebabkan oleh jamur fusrium.
serangan diawali dengan kelayuan pada ujung daun yang kecoklatan, permukaannya basah dan lunak. penyakit layu juga dapat menyerang bawang putih yang ada di gudang.
pengendalian dapat dilakukan dengan pergiliran tanaman, waktu tanam seempak, dan penggunaan fungisida.
8. Panen
a. Pmur panen
tanaman bawang putih sudah siap dipanen pada umur 90 - 120 hari setelah tanam, tergantung varietas. ciri-ciri tanaman siap panen, daun-daun mulai menguning dan mengering, pangkal batang tampak melemas dan rebah, serta umbinya maksimal dan keras.
b. Cara panen
cara panen bawang putih dapat dilakukan dengan mencabut atau mencongkel umbi
c. Pengeringan
bawang putih diikat kemudian dijemur, baru disimpan atau dijual
Budidaya Tanaman Seledri
Benih
Seledri dapat diperbanyak secara generatif dengan biji atau vegetatif dengan anakan. Untuk tujuan komersil tanaman seledri dapat diperbanyak dengan biji. Benih berasal dari varietas unggul dengan daya kecambah > 90%.
Pengolahan Lahan
Lahan ideal adalah tanah yang subur, gembur, mengandung bahan organik, mampu menahan air dan berdrainase baik dengan pH tanah antara 5,5-6,5. Tanah dicangkul sedalam 20-30 cm
biarkan selama 15 hari, jika pH tanah kurang dari 6.5 campurkan kapur kalsit atau dolomit dengan tanah olahan, dosis kapur 1-2 ton/ha tergantung pH tanah dan jumlah Alumunium di dalam tanah, pemberian 2-3 minggu sebelum tanam. Buat bedengan dengan lebar 100-120 cm, tinggi 30 cm, panjang sesuai lahan, dan jarak antar bedengan 50 cm. Bedengan diberi naungan berupa alang-alang atau jerami dengan tinggi 1-1,5 m.
Budidaya Tanaman Sayuran
Persemaian
Benih disemai pada bedengan di dalam alur/larikan sedalam 0,5 cm dengan jarak antar alur 10-20 cm, sebelum disemai, benih direndam dalam larutan Previcur N dengan konsentrasi 0,1 % selama + 2 jam, kemudian dikeringkan. Tutup benih dengan tanah tipis dan siram permukaan bedengan sampai lembab. Untuk menjaga kelembaban, persemaian ditutup dengan alang-alang atau jerami dan ditinggikan tutup tersebut apabila kecambah telah tumbuh. Setelah bibit tumbuh dapat juga dipindahkan kedalam bumbunan yang terbuat dari daun pisang/pot plastik dengan media yang sama.
Penanaman
Setelah + 40 hari atau telah berdaun 3-4 helai cabut bibit seledri yang sehat dengan akarnya. Potong sebagian akar, selanjutnya akar direndam kedalam larutan pestisida Benlate atau
Derosol pada konsentrasi 50% sekitar 15 menit. Pindahkan bibit pada bedengan yang telah dipersiapkan, satu bibit per lobang tanam, dengan jarak tanam: 25 x 30 cm; 20 x 20 cm atau 15 x 20 cm (tergantung varietas) dan padatkan tanah disekitar batang. Siram bedengan sampai lembab.
Pemeliharaan Tanaman
Jika ada tanaman yang mati lakukan penyulaman 7-15 hari setelah tanam. Penyiangan gulma dilakukan bersamaan dengan penggemburan tanah pada umur 2 dan 4 minggu setelah tanam, penyiangan berikutnya disesuaikan dengan keadaan gulma. Di awal masa pertumbuhan, penyiraman dilakukan 1-2 kali sehari, berikutnya dikurangi menjadi 2-3 kali seminggu tergantung cuaca. Tanah tidak boleh kekeringan atau tergenang air (becek).
Pemupukan
Pupuk dasar diberikan 3 hari sebelum tanam, yaitu pupuk organik dengan dosis 4 kg/m2, diaduk dengan tanah permukaan bedengan. Pada umur 2 minggu setelah tanam berikan pupuk N 300 kg, P2O5 75 kg dan K2O 250 kg/ha secara larikan dibarisan tanaman. Pupuk susulan berikutnya larutkan 2-3 kg pupuk NPK ke dalam 200 liter air dan berikan secara kocor diantara barisan tanaman, hal ini dapat dilakukan selama tanaman masih produktif dengan interval 7 hari satu kali pemberian. Dapat juga diberikan pupuk cair dengan dosis 0,3 ml/m2 yang dimulai pada umur 3 minggu setelah tanam dengan interval 10 hari satu kali.
Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT)
Hama utama seperti: ulat tanah, keong, kutu daun tungau. Hama dapat dihilangkan secara mekanik yaitu dipungut dengan tangan. Penyakit yang sering menyerang tanaman bercak
cercospora, bercak septoria, virus aster yellow. Pengendalian dilakukan mulai dari pesemaian hingga panen. Jika terpaksa harus menggunakan pestisida, gunakan jenis pestisida yang aman mudah terurai seperti pestisida biologi, pestisida nabati atau pestisida piretroid sintetik.
Panen dan Pasca Panen
Seledri dapat dipanen setelah berumur 40 sampai dengan 150 hari setelah tanam (tergantung varietas). Saledri daun dipanen 4-8 hari sekali. Seledri potong dipanen dengan memotong tanaman pada pangkal batang secara periodik sampai pertumbuhan anakan berkurang. Seledri umbi dipanen dengan memetik daun-daunnya dan dilakukan secara periodik sampai tanaman kurang produktif. Hasil panen diseleksi dengan cara membuang tangkai daun yang cacat atau terserang hama. Untuk membersihkan dari kotoran/tanah dan residu pestisida, seledri dicuci dengan air mengalir atau disemprot kemudian tiriskan di rak-rak. Sortasi perlu dilakukan
terutama jika seledri akan dipasarkan di swalayan atau untuk eksport. Sortasi dilakukan berdasarkan ukuran dan jenis yang seragam dan sesuai dengan permintaan pasar. Seledri diikat dengan ikatan plastik pada berat tertentu yang disesuaikan dengan permintaan pasar.
Budidaya Tanaman Kubis
Persemaian
Sebelum disemai, benih direndam dahulu dalam larutan Frevikur N (0,1%) selama ± 2 jam, kemudian dikeringkan. Benih disebar merata pada bedengan/tempat penyemaian dengan media tanah dan pupuk organik 1: 1, lalu ditutup dengan daun pisang selama 2-3 hari. Bedengan persemaian diberi naungan/atap dari screen/kassa plastik transparan. Kemudian persemaian ditutup dengan screen untuk menghindari OPT. Setelah berumur 7-8 hari, bibit dipindahkan kedalam bumbunan daun pisang/pot plastik dengan media yang sama (tanah dan pupuk organik stereil). Penyiraman dilakukan setiap hari. Bibit siap ditanam dilapangan setelah berumur 3-4 minggu atau sudah memiliki 4-5 helai daun.
Pengolahan lahan
Dipilih lahan yang bukan bekas tanaman kubis-kubisan. Sisa tanaman dikumpulkan lalu dikubur, kemudian tanah dicangkul sampai gembur. Dibuat lubang tanam dengan jarak 70 cm (antar barisan) x 50 cm (dalam barisan) atau 60 x 40 cm. Bila pH tanah kurang dari 5,5 lakukan pengapuran menggunakan kalsit atau dolomit, dengan dosis 1,5 t/ha dan diaplikasikan 3-4 minggu sebelum tanam atau bersamaan dengan pengolahan tanah kedua.
Pemupukan
Pupuk yang digunakan berupa pupuk organik dan pupuk buatan, sedangkan pupuk buatan berupa Urea 100 kg, ZA 250 kg, SP-36 250 kg dan KCl 200 kg/ha. Untuk tiap tanaman diperlukan Urea sebanyak 4 gr, ZA 9 gr, SP-36 9 gr dan KCl 7 gr. Pupuk organik 1 kg, setengah dosis pupuk N (Urea 2 gr, ZA 4,5 gr), pupuk SP-36 9 gr dan KCl 7 g) diberikan sebelum tanam pada setiap ubang tanam sebagai pupuk dasar. Sisa pupuk N (Urea 2 gr dan ZA 4,5 gr/tanaman) diberikan pada saat tanaman berumur 4 minggu.
Pemeliharaan tanaman
Penyiraman dilakukan tiap hari sampai kubis tumbuh normal, kemudian diulang sesuai kebutuhan. Bila ada tanaman yang mati,
segera disulam, dan penyulaman dihentikan setelah tanaman berumur 10-15 hari setelah tanam. Penyiangan dan pendangiran dilakukan bersamaan dengan pemupukan pertama dan ke dua.
Pengendaian Organisme Pengangu Tumbuhan (OPT)
OPT penting yang menyerang tanaman kubis antara lain ulat daun kubis, ulat krop kubis, bengkak akar, busuk hitam, busuk lunak, bercak daun dan penyakit embun tepung. Pengendalian OPT dilakukan tergantung pada OPT yang menyerang. Beberapa cara yang dapat dilakukan antara lain adalah : bila terdapat serangan bengkak akar pada tanaman muda, tanaman dicabut dan dimusnahkan. Kalau terpaksa menggunakan pestisida, gunakan jenis pestisida yang aman mudah terurai seperti pestisida biologi, pestisida nabati atau pestisida piretroid sintetik. Penggunaan pestisida tersebut harus dilakukan dengan benar baik pemilihan jenis, dosis, volume semprot, cara aplikasi, interval dan waktu aplikasinya.
Panen dan pascapanen
Kubis dapat dipanen setelah kropnya besar, penuh dan padat. Bila pemungutan terlambat krop akan pecah dan kadang-kadang busuk. Pemungutan dilakukan dengan memotong krop berikut sebagian batang dengan disertakan 4-5 lembar daun luar, agar krop tidak mudah rusak. Produksi kubis dapat mencapai 15-40 t/ha.
Sebelum disemai, benih direndam dahulu dalam larutan Frevikur N (0,1%) selama ± 2 jam, kemudian dikeringkan. Benih disebar merata pada bedengan/tempat penyemaian dengan media tanah dan pupuk organik 1: 1, lalu ditutup dengan daun pisang selama 2-3 hari. Bedengan persemaian diberi naungan/atap dari screen/kassa plastik transparan. Kemudian persemaian ditutup dengan screen untuk menghindari OPT. Setelah berumur 7-8 hari, bibit dipindahkan kedalam bumbunan daun pisang/pot plastik dengan media yang sama (tanah dan pupuk organik stereil). Penyiraman dilakukan setiap hari. Bibit siap ditanam dilapangan setelah berumur 3-4 minggu atau sudah memiliki 4-5 helai daun.
Pengolahan lahan
Dipilih lahan yang bukan bekas tanaman kubis-kubisan. Sisa tanaman dikumpulkan lalu dikubur, kemudian tanah dicangkul sampai gembur. Dibuat lubang tanam dengan jarak 70 cm (antar barisan) x 50 cm (dalam barisan) atau 60 x 40 cm. Bila pH tanah kurang dari 5,5 lakukan pengapuran menggunakan kalsit atau dolomit, dengan dosis 1,5 t/ha dan diaplikasikan 3-4 minggu sebelum tanam atau bersamaan dengan pengolahan tanah kedua.
Pemupukan
Pupuk yang digunakan berupa pupuk organik dan pupuk buatan, sedangkan pupuk buatan berupa Urea 100 kg, ZA 250 kg, SP-36 250 kg dan KCl 200 kg/ha. Untuk tiap tanaman diperlukan Urea sebanyak 4 gr, ZA 9 gr, SP-36 9 gr dan KCl 7 gr. Pupuk organik 1 kg, setengah dosis pupuk N (Urea 2 gr, ZA 4,5 gr), pupuk SP-36 9 gr dan KCl 7 g) diberikan sebelum tanam pada setiap ubang tanam sebagai pupuk dasar. Sisa pupuk N (Urea 2 gr dan ZA 4,5 gr/tanaman) diberikan pada saat tanaman berumur 4 minggu.
Pemeliharaan tanaman
Penyiraman dilakukan tiap hari sampai kubis tumbuh normal, kemudian diulang sesuai kebutuhan. Bila ada tanaman yang mati,
segera disulam, dan penyulaman dihentikan setelah tanaman berumur 10-15 hari setelah tanam. Penyiangan dan pendangiran dilakukan bersamaan dengan pemupukan pertama dan ke dua.
Pengendaian Organisme Pengangu Tumbuhan (OPT)
OPT penting yang menyerang tanaman kubis antara lain ulat daun kubis, ulat krop kubis, bengkak akar, busuk hitam, busuk lunak, bercak daun dan penyakit embun tepung. Pengendalian OPT dilakukan tergantung pada OPT yang menyerang. Beberapa cara yang dapat dilakukan antara lain adalah : bila terdapat serangan bengkak akar pada tanaman muda, tanaman dicabut dan dimusnahkan. Kalau terpaksa menggunakan pestisida, gunakan jenis pestisida yang aman mudah terurai seperti pestisida biologi, pestisida nabati atau pestisida piretroid sintetik. Penggunaan pestisida tersebut harus dilakukan dengan benar baik pemilihan jenis, dosis, volume semprot, cara aplikasi, interval dan waktu aplikasinya.
Panen dan pascapanen
Kubis dapat dipanen setelah kropnya besar, penuh dan padat. Bila pemungutan terlambat krop akan pecah dan kadang-kadang busuk. Pemungutan dilakukan dengan memotong krop berikut sebagian batang dengan disertakan 4-5 lembar daun luar, agar krop tidak mudah rusak. Produksi kubis dapat mencapai 15-40 t/ha.
Budidaya Tanaman Kol Bunga
Persemaian/Pembibitan
Siapkan tempat persemaian, berupa bedengan dengan media semai setebal ± 7 cm, dibuat dari pupuk organik dan tanah halus dengan perbandingan 1:1 serta diberi naungan. Benih direndam dalam larutan Frevikur N (0,1%) selama ± 2 jam, kemudian dikeringkan. Benih disebar merata di atas bedengan persemaian yang telah disiram dahulu, lalu ditutup dengan media semai, sebaiknya diberi naungan/atap screen. Setelah bibit tumbuh dapat juga dipindahkan kedalam bumbunan yang terbuat dari daun pisang/pot plastik dengan media yang sama.
Persiapan Lahan
Lakukan pengolahan tanah dengan cangkul sedalam 20-30 cm. Buat bedengan membujur dari Barat ke Timur dengan lebar 100-120 cm, tinggi 30 cm dan panjang sesuai keadaan lahan
sebaiknya tidak lebih 15 m. Jarak antara bedengan 40 cm. Lakukan pengapuran (kapur kalsit/dolomite) 2-4 minggu sebelum tanam dengan takaran 1-2 ton/ha jika pH tanah kurang dari 5,5.
Budidaya Tanaman Sayuran
Penanaman
Jarak tanam 50x50 cm untuk jenis bertajuk lebar dan 45x65 cm untuk jenis bertajuk tegak. Penanaman bibit yang telah memiliki 3-5 helai daun atau berumur satu bulan dilakukan pada waktu pagi atau sore hari, satu lubang tanam diisi satu bibit.
Pemupukan
Tiga hari sebelum tanam diberikan pupuk organik (kotoran ayam yang telah difermentasi) dengan takaran 4 kg/m2. Dua minggu setelah tanam berikan pupuk susulan Urea 4 gram + ZA 9 gram, SP- 36 9 gram dan KCl 7 gram per tanaman. Empat minggu setelah tanam berikan pupuk susulan Urea 2 gram + ZA 4,5 gram per tanaman. Dapat ditambahkan pupuk cair 5 liter/ha (0,3 ml/m2) pada umur 10, 20 dan 30 hari setelah tanam.
Pemeliharaan
Penyulaman dilakukan pada tanaman rusak (tidak sehat) atau yang mati, sampai tanaman berumur 10 hari. Penyiangan pada umur 2 dan 4 minggu setelah tanam disesuaikan dengan keadaan gulma. Perempelan seawal mungkin agar ukuran dan kualitas bunga terbentuk optimal. Setelah terbentuk massa bunga, daun tua diikat agar massa bunga ternaungi dari cahaya matahari untuk mempertahankan warna bunga supaya tetap putih. Pengairan dan Penyiraman diberikan pada pagi atau sore hari. Pada musim kemarau penyiraman 1-2 kali sehari terutama saat fase pertumbuhan awal dan pembentukan bunga.
Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT)
Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman : dengan cara terpadu: pergiliran tanaman dengan tanaman selain famili Cruciferae, menyebarkan mikroba musuh alami. Pengendalian
penyakit dilakukan dengan memilih bibit bebas penyakit, sanitasi kebun, rotasi tanaman, menghindari tanaman dari kerusakan mekanis/gigitan serangga, melakukan sterilisasi media semai/lahan kebun, pengapuran pada tanah masam dan mencabut tanaman yang terserang penyakit. Kalau terpaksa menggunakan pestisida, gunakan jenis pestisida yang aman mudah terurai seperti pestisida
biologi, pestisida nabati atau pestisida piretroid sintetik. Penggunaan pestisida tersebut harus dilakukan dengan benar baik pemilihan jenis, dosis, volume semprot, cara aplikasi, interval dan waktu aplikasinya.
Panen dan Pasca panen
Tanaman dipanen apabila bunga sudah padat dan kompak. dilakukan dengan memotong bagian pangkal batang dan sisakan 6-7 helai daun untuk pembungkus bunga. Tanaman yang baru dipanen, ditempatkan di tempat yang teduh agar tidak cepat layu. Dilakukan sortasi untuk memisahkan bagian tanaman tua, busuk atau sakit. Penyimpanan menggunakan wadah keranjang bambu, wadah plastik atau karton yang berlubang-lubang untuk menjaga sirkulasi udara. (klik link dibawah ini untuk mendapatkan info menarik lainnya)
Siapkan tempat persemaian, berupa bedengan dengan media semai setebal ± 7 cm, dibuat dari pupuk organik dan tanah halus dengan perbandingan 1:1 serta diberi naungan. Benih direndam dalam larutan Frevikur N (0,1%) selama ± 2 jam, kemudian dikeringkan. Benih disebar merata di atas bedengan persemaian yang telah disiram dahulu, lalu ditutup dengan media semai, sebaiknya diberi naungan/atap screen. Setelah bibit tumbuh dapat juga dipindahkan kedalam bumbunan yang terbuat dari daun pisang/pot plastik dengan media yang sama.
Persiapan Lahan
Lakukan pengolahan tanah dengan cangkul sedalam 20-30 cm. Buat bedengan membujur dari Barat ke Timur dengan lebar 100-120 cm, tinggi 30 cm dan panjang sesuai keadaan lahan
sebaiknya tidak lebih 15 m. Jarak antara bedengan 40 cm. Lakukan pengapuran (kapur kalsit/dolomite) 2-4 minggu sebelum tanam dengan takaran 1-2 ton/ha jika pH tanah kurang dari 5,5.
Budidaya Tanaman Sayuran
Penanaman
Jarak tanam 50x50 cm untuk jenis bertajuk lebar dan 45x65 cm untuk jenis bertajuk tegak. Penanaman bibit yang telah memiliki 3-5 helai daun atau berumur satu bulan dilakukan pada waktu pagi atau sore hari, satu lubang tanam diisi satu bibit.
Pemupukan
Tiga hari sebelum tanam diberikan pupuk organik (kotoran ayam yang telah difermentasi) dengan takaran 4 kg/m2. Dua minggu setelah tanam berikan pupuk susulan Urea 4 gram + ZA 9 gram, SP- 36 9 gram dan KCl 7 gram per tanaman. Empat minggu setelah tanam berikan pupuk susulan Urea 2 gram + ZA 4,5 gram per tanaman. Dapat ditambahkan pupuk cair 5 liter/ha (0,3 ml/m2) pada umur 10, 20 dan 30 hari setelah tanam.
Pemeliharaan
Penyulaman dilakukan pada tanaman rusak (tidak sehat) atau yang mati, sampai tanaman berumur 10 hari. Penyiangan pada umur 2 dan 4 minggu setelah tanam disesuaikan dengan keadaan gulma. Perempelan seawal mungkin agar ukuran dan kualitas bunga terbentuk optimal. Setelah terbentuk massa bunga, daun tua diikat agar massa bunga ternaungi dari cahaya matahari untuk mempertahankan warna bunga supaya tetap putih. Pengairan dan Penyiraman diberikan pada pagi atau sore hari. Pada musim kemarau penyiraman 1-2 kali sehari terutama saat fase pertumbuhan awal dan pembentukan bunga.
Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT)
Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman : dengan cara terpadu: pergiliran tanaman dengan tanaman selain famili Cruciferae, menyebarkan mikroba musuh alami. Pengendalian
penyakit dilakukan dengan memilih bibit bebas penyakit, sanitasi kebun, rotasi tanaman, menghindari tanaman dari kerusakan mekanis/gigitan serangga, melakukan sterilisasi media semai/lahan kebun, pengapuran pada tanah masam dan mencabut tanaman yang terserang penyakit. Kalau terpaksa menggunakan pestisida, gunakan jenis pestisida yang aman mudah terurai seperti pestisida
biologi, pestisida nabati atau pestisida piretroid sintetik. Penggunaan pestisida tersebut harus dilakukan dengan benar baik pemilihan jenis, dosis, volume semprot, cara aplikasi, interval dan waktu aplikasinya.
Panen dan Pasca panen
Tanaman dipanen apabila bunga sudah padat dan kompak. dilakukan dengan memotong bagian pangkal batang dan sisakan 6-7 helai daun untuk pembungkus bunga. Tanaman yang baru dipanen, ditempatkan di tempat yang teduh agar tidak cepat layu. Dilakukan sortasi untuk memisahkan bagian tanaman tua, busuk atau sakit. Penyimpanan menggunakan wadah keranjang bambu, wadah plastik atau karton yang berlubang-lubang untuk menjaga sirkulasi udara. (klik link dibawah ini untuk mendapatkan info menarik lainnya)
Manfaat dan Khasiat Tanaman Sereh yang Menyehatkan
Di kalangan para ibu rumah tangga, Sereh atau disebut dengan Serai sudah sangat familiar karena menjadi salah satu bahan penting untuk memasak.
Penggunaan Serai atau Sereh ini biasanya untuk mengharumkan makanan dan sebagai penyedap rasa. Pertanyannya, apakah hanya itu manfaat dari Serai ini?
Serai atau dalam bahasa latinnya disebut dengan Andropogon nardus ini ternyata menyimpan banyak manfaat untuk kesehatan manusia.
Dalam beberapa penelitian, daun Serai ternyata mengandung zat anti-mikroba dan anti-bakteri yang sangat berguna khususnya untuk mengobati infeksi pada lambung, usus, saluran kandung kemih, dan menyembuhkan luka. Tak hanya itu, Serai juga banyak digunakan untuk pereda kejang, anti-reumatik, dan bersifat diuretik.
Selain itu, kandungan analgesik dalam Serai juga dapat berperan untuk membantu menghilangkan rasa sakit akibat sakit kepala, nyeri otot maupun nyeri sendi. Belakangan, Serai juga banyak dipercaya dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit seperti infeksi kulit, tipus, keracunan makanan, dan juga meredakan bau badan.
Dalam Serai, ada banyak kandungan senyawa seperti geranil butirat, lomonen, eugenol, metileugenol, geranial yang sangat bermanfaat untuk kesehatan.
Untuk lebih jelasnya, terkait fungsi Serai yang sangat berkhasiat untuk kesehatan, berikut merupakan penjabarannya.
• Serai mencegah penyakit kanker
Ada penelitian yang menjelaskan bahwa setiap 100 gram Serai mengandung zat antioksidan yang kita tahu bermanfaat untuk mencegah terjadinya penyakit kanker. Kemudian, penelitian yang dilakukan oleh tim dari University Gurion di Israel telah menemukan bahwa dalam Serai ada senyawa yang dapat mematikan sel kanker tanpa merusak sel sehat.
• Mengobati gangguan pencernaan
Serai sangat bermanfaat untuk mengatasi gangguan pencernaan, sakit perut, masuk angin, mengurangi gas dari usus, dan juga diare.
• Menurunkan tekanan darah
Serai juga banyak dimanfaatkan untuk mengurangi tekanan darah dan merangsang sirkulasi darah. Dengan mengonsumsi minuman yang mengandung Serai setiap harinya maka akan sangat membantu dalam menurunkan hipertensi.
• Detoksifikasi
Serai juga sangat baik untuk detoksifikasi tubuh dengan cara meningkatkan jumlah buang air kecil. Hal tersebut tentunya sangat bermanfaat untuk membuat seluruh organ pencernaan seperti hati, pankreas, ginjal, dan juga kandung kemih bersih dan sehat karena beragam racun akan tersingkir.
• Manfaat pada sistem saraf
Minyak esensial yang mengandung Serai juga dapat bermanfaat untuk memperkuat dan meningkatkan fungsi sistem saraf. Hal itu disebabkan minyak Serai tersebut akan memberikan efek yang menghangatkan, melemaskan otot, dan meredakan kejang-kejang.
• Berfungsi sebagai analgesik
Serai juga dapat meringankan semua jenis peradangan dan iritabilitas yang Anda derita yang berhubungan dengan rasa sakit dan nyeri seperti nyeri sendi, nyeri otot, sakit gigi, dan lainnya.
• Memperindah kulit
Penggunaan daun Serai juga sudah terjadi dalam bidang kosmetik yang digunakan untuk memperindah kulit. Efek dari penggunaan kosmetik yang mengandung daun Serai adalah dapat menghilangkan jerawat dan berfungsi juga sebagai penyegar.
• Kesehatan wanita
Serai juga biasanya dimanfaatkan oleh wanita untuk meredakan rasa nyeri ketika haid dan meredakan timbulnya rasa mual.
Dengan banyaknya fungsi Serai ini, diharapkan ke depannya seiring dengan berkembangnya pengetahuan masyarakat terkait dengan pengobatan alternatif, bisa memperluas penggunaan Serai dimana bukan hanya dijadikan sebagai bumbu masakan namun juga sebagai herbal kesehatan.
Penggunaan daun Serai untuk mengatasi berbagai masalah kesehatan di atas memiliki banyak keuntungan, yakni selain mudah didapatkan dan murah, juga tidak memberikan efek samping apapun jika penggunaannya tepat.
Cara Menanam Hidroponik
Istilah hidroponik (hydroponics) digunakan untuk menjelaskan tentang cara bercocok tanam tanpa menggunakan tanah sebagai media tanamnya. Disini termasuk juga bercocok tanam di dalam pot atau wadah lainnya yang menggunakan air atau bahan porous lainnya, seperti pecahan genting, pasir kali, kerikil, maupun gabus putih. Penemu dari metode hidroponik ini adalah DR. WF. Gericke. Beliau adalah seorang agronomis dari Universitas California, USA. Saat itu beliau berhasil menanam tomat setinggi 3 meter yang penuh buah dan ditanam di dalam bak yang berisi mineral hasil uji cobanya.
Berikut ini adalah kelebihan bercocok tanam dengan menggunakan sistem hidroponik:
* Dapat dilakukan pada ruang / tempat yang terbatas dan higienis
* Tanaman tumbuh lebih cepat dan penggunaan pupuk bisa lebih hemat
* Lebih terjamin dan bebas dari serangga dan hawa penyakit
* Produksi tanaman lebih tinggi dibanding dengan menggunakan media tanam tanah biasa
* Efisien dalam teknis perawatan dan peralatan yang digunakan
* Kualitas tanaman yang dihasilkan lebih bagus dan tidak kotor
Adapun cara menanam hidroponik adalah sebagai berikut:
# Pembibitan
Sangat disarankan untuk menggunakan bibit hibrida supaya mutu buah/sayur yang dihasilkan cukup optomal
# Penyemaian
Penyemeaian sistem hidroponik bisa menggunakan bak dari kayu atau plastik. Bak tersebut berisi campuran pasir yang sudah diayak halus, sekam bakar, kompos dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1:1:1. Semua bahan tersebut dicampur rata dan dimasukkan ke dalam bak dengan ketinggian sekitar 7cm. Masukkan biji tanaman dengan jarak 1x1,5 cm. Tutup tisue/karung/kain yang telah dibasahi supaya kondisi tetap lembab. Lakukan penyiraman hanya pada saat media tanam mulai kelihatan kering. Buka penutup setelah biji berubah menjadi kecambah. Pindahkan ke tempat penanaman yang lebih besar bila pada bibit telah tumbuh minimal 2 lembar daun.
# Persiapan media tanam
Syarat media tanam untuk hidroponik adalah mampu menyerap dan menghantarkan air, tidak mudah busuk, tidak mempengaruhi pH, steril, dll. Media tanam yang bisa digunakan dapat berupa gambut, sabut kelapa, sekam bakar, rockwool (serabut bebatuan). Kemudian isi kantung plastik, polibag, pot plastik, karung plastik, atau bantalan plastik dengan media tanam yang sudah disiapkan.
# Pembuatan green house
bercocok tanam secara hidroponik mutlak membutuhkan green house. Green house bisa dibuat dari rangka besi, rangka bambu, atau rangka kayu.
Green house ini bisa digunakan untuk menyimpan tanaman kita pada saat tahap persemaian ataupun pada saat sudah dipindah ke media tanam yang lebih besar.
# Pupuk
Karena media tanam pada sistem hidroponik hanya berfungsi sebagai pegangan akar dan perantara larutan nutrisi, untuk mencukupi kebutuhan unsur hara makro dan mikro perlu pemupukan dalam bentuk larutan yang disiramkan ke media tanam
Kebutuhan pupuk pada sistem hidroponik sama dengan kebutuhan pupuk pada penanaman sistem konvensional.
# Perawatan tanaman
Perawatan pada sistem hidropinik pada dasarnya tidak berbeda jauh dengan perawatan pada penanaman sistem konvensional seperti pemangkasan, pembersihan gulma, penyemprotan pupuk daun, dll.
Berikut ini adalah kelebihan bercocok tanam dengan menggunakan sistem hidroponik:
* Dapat dilakukan pada ruang / tempat yang terbatas dan higienis
* Tanaman tumbuh lebih cepat dan penggunaan pupuk bisa lebih hemat
* Lebih terjamin dan bebas dari serangga dan hawa penyakit
* Produksi tanaman lebih tinggi dibanding dengan menggunakan media tanam tanah biasa
* Efisien dalam teknis perawatan dan peralatan yang digunakan
* Kualitas tanaman yang dihasilkan lebih bagus dan tidak kotor
Adapun cara menanam hidroponik adalah sebagai berikut:
# Pembibitan
Sangat disarankan untuk menggunakan bibit hibrida supaya mutu buah/sayur yang dihasilkan cukup optomal
# Penyemaian
Penyemeaian sistem hidroponik bisa menggunakan bak dari kayu atau plastik. Bak tersebut berisi campuran pasir yang sudah diayak halus, sekam bakar, kompos dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1:1:1. Semua bahan tersebut dicampur rata dan dimasukkan ke dalam bak dengan ketinggian sekitar 7cm. Masukkan biji tanaman dengan jarak 1x1,5 cm. Tutup tisue/karung/kain yang telah dibasahi supaya kondisi tetap lembab. Lakukan penyiraman hanya pada saat media tanam mulai kelihatan kering. Buka penutup setelah biji berubah menjadi kecambah. Pindahkan ke tempat penanaman yang lebih besar bila pada bibit telah tumbuh minimal 2 lembar daun.
# Persiapan media tanam
Syarat media tanam untuk hidroponik adalah mampu menyerap dan menghantarkan air, tidak mudah busuk, tidak mempengaruhi pH, steril, dll. Media tanam yang bisa digunakan dapat berupa gambut, sabut kelapa, sekam bakar, rockwool (serabut bebatuan). Kemudian isi kantung plastik, polibag, pot plastik, karung plastik, atau bantalan plastik dengan media tanam yang sudah disiapkan.
# Pembuatan green house
bercocok tanam secara hidroponik mutlak membutuhkan green house. Green house bisa dibuat dari rangka besi, rangka bambu, atau rangka kayu.
Green house ini bisa digunakan untuk menyimpan tanaman kita pada saat tahap persemaian ataupun pada saat sudah dipindah ke media tanam yang lebih besar.
# Pupuk
Karena media tanam pada sistem hidroponik hanya berfungsi sebagai pegangan akar dan perantara larutan nutrisi, untuk mencukupi kebutuhan unsur hara makro dan mikro perlu pemupukan dalam bentuk larutan yang disiramkan ke media tanam
Kebutuhan pupuk pada sistem hidroponik sama dengan kebutuhan pupuk pada penanaman sistem konvensional.
# Perawatan tanaman
Perawatan pada sistem hidropinik pada dasarnya tidak berbeda jauh dengan perawatan pada penanaman sistem konvensional seperti pemangkasan, pembersihan gulma, penyemprotan pupuk daun, dll.
7 Cara Menghilangkan Ketombe Secara Alami
1. Cara Mengatasi Ketombe dengan Jeruk Nipis
Langkah-Langkah:
• Siapkan 100 ml air perasan jeruk nipis, 100 ml santan, dan 100 ml air buah nanas.
• Campur semua bahan dalam satu wadah.
• Aduk sampai merata.
• Gunakan ramuan jeruk nipis ini untuk membahasi kulit kepala paling tidak dua minggu sekali.
• Bilas rambut hingga bersih, usahakan memakai sampho.
2. Cara Mengatasi Ketombe dengan Jus Apel
Langkah-langkah:
• Siapkan 2 atau 3 buah apel lalu ekstrak menggunakan juicer.
• Ambil ekstrak apel lalu tambahkan air hangat secukupnya.
• Aduk campuran tadi hingga merata.
• Oleskan ramuan pada rambut dan kulit kepala sambil dipijit-pijit selama 5 menit.
• Tunggu 15-20 menit, baru kemudian dibilas hingga bersih.
3. Cara Mengatasi Ketombe dengan Daun Pandan
Langkah-langkah:
• Siapkan tujuh lembar daun pandan wangi kemudian cuci sampai bersih.
• Giling atau gerus bahan sampai halus lalu tambahkan setengah cangkir air.
• Peras gerusan daun pandan yang sudah ditambah air tadi sampai keluar airnya.
• Oleskan air perasan daun pandan wangi ke kulit kepala yang berketombe.
• Biarkan selama 30-40 menit lalu bilas rambut sampai bersih.
4. Cara Mengatasi Ketombe dengan Kangkung
Langkah-langkah:
• Ambil seikat kangkung, kemudian cuci sampai bersih.
• Rebus kangkung dengan dua gelas air sampai menyisakan sekitar satu gelas.
• Diamkan hingga dingin.
• Remas-remas kangkung tapi jangan terlalu lumat.
• Gosokkan kangkung pada kulit kepala dan diamkan 30-40 menit.
• Basahi rambut dengan air bekas rebusan kangkung.
• Bilas rambut dan kulit kepala dengan air biasa hingga bersih (dianjurkan memakai sampho).
5. Cara Mengatasi Ketombe dengan Lidah Buaya
Langkah-langkah:
• Siapkan daun lidah buaya secukupnya lalu kupas.
• Ambil bagian dalam lidah buaya yang berwarna transparan (bagian daging).
• Tumbuk atau haluskan daging lidah buaya tadi untuk dioleskan pada kulit kepala yang berketombe.
• Diamkan selama 10-20 menit.
• Bilas sampai bersih.
6. Cara Mengatasi Ketombe dengan Minyak Zaitun
Langkah-langkah:
• Panaskan minyak zaitun di dalam mangkuk.
• Oleskan pada kulit kepala sambil dipijat ringan.
• Bungkus rambut dengan handuk lembab dan diamkankan selama 10-15 menit.
• Bilas rambut sampai bersih dan ulangi perawatan ini seminggu sekali.
7. Cara Mengatasi Ketombe dengan Minyak Almond
Langkah-langkah:
• Oleskan secara merata minyak almond pada kulit kepala yang berketombe.
• Pijat-pijat kulit kepala.
• Bungkus rambut yang sudah dicelupkan air hangat.
• Biarkan selama sekitar 30 menit.
• Bilas rambut sampai bersih dan ulangi perawatan ini paling tidak setiap dua minggu.
Sekian dulu pembahasan mengenai cara menghilangkan ketombe kali ini. Selain cara-cara diatas, sebenarnya ada satu cara lagi yang menurut saya paling ampuh untuk mengatasi ketombe, yaitu dengan cara menerapkan pola hidup sehat.
Pola hidup sehat sendiri bisa kita mulai dengan cara menjaga kebersihan serta makan makanan yang bernutrisi terutama yang banyak mengandung mineral zink seperti kerang, ayam, dan kacang kacangan. Selain itu menjaga pikiran agar tetap positif dan menghindari stres yang berlebihan juga akan sangat bermanfaat, karena faktor psikologis juga bisa mempengaruhi timbulnya ketombe.
TAMBAHAN:
1. Cara menyuburkan rambut
bahan:
lidah buaya secukupnya
cara mengolah:
cuci lidah buaya, lalu dikupas. gosokkan lendirnya ke kulit kapala yang telah dikeramas pada sore
hari. bungkus dengan kain. keesokkan paginya, bilaslah rambut. lakukan setiap hari selama 3 bulan.
2. mengatasi uban yang datang sebelum waktunya
bahan:
daging kelapa hijau 1 buah
garam secukupnya
cara mengolah:
parut 1 buah kelapa, peras santannya, lalu diberi garam. dan biarkan semalaman. esok paginya bisa
dipakai untuk keramas.
PANDAN, MANGKOKAN, LIDAH BUAYA. JERUK PURUT DAN MIMBA UNTUK SOLUSI MASALAH RAMBUT
Kusam, rontok, ketombe, penipisan, beberapa masalah yang sering terjadi pada rambut.
Tak ada salahnya jika kita mengatasinya dengan cara herbal.
Agar bisa digunakan secara rutin, tanaman-tanaman berkhasiat ini dapat ditanam di halaman rumah.
Penyiraman yang rutin dan tidak berlebihan, kunci pemeliharaan tanaman-tanaman ini.
Berikut beberapa di antaranya.
1. Pandan Wangi
Tanaman bernama latin Pandanus amaryllifolius yang memiliki aroma khas ini lazim digunakan sebagai pewangi makanan. Padahal kandungan alkaloida, saponin, flavonoida, tanin dan polifenol di daunnya membuatnya berkhasiat mengatasi kerontokan, ketombe, juga bisa menghitamkan rambut.
Embunkan semalam air hasil rebusan daun Pandan Wangi, lalu campur dengan perasan 3 buah mengkudu untuk mencuci rambut. Lakukan 3 kali seminggu untuk menghitamkan rambut.
2. Mangkokan
Tanaman ini dulu mudah ditemukan di halaman rumah. Daun segar Mangkokan (Nothopanax scutellarium) memiliki sifat anti inflamasi, anti radang, peluruh air seni dan anti rontok rambut.
Hasil perasan daun Mangkokan ditambah minyak kelapa dapat dijadikan minyak rambut untuk mengatasi kerontokan.
3. Lidah Buaya
Siapa tak kenal tanaman ini. Mudah dipelihara, Aloe vera mengandung zat aloin, barbaloin, isobarbaloin, aloe-emodin, aloenin, aloesin.
Daging pada daunnya tak hanya enak dijadikan minuman, namun juga dapat menyuburkan rambut.
Gosokkan ke kulit kepala, diamkan semalam, lalu bilas. Lakukan setiap hari selama tiga bulan.
4. Jeruk Purut
Sering digunakan dalam masakan, pemilik nama latin Citrus hytrix dapat mengatasi aroma tak sedap pada rambut. Gunakan buahnya yang berkulit berkerut dan berbenjol-benjol tersebut.
Air hasil perasan parutan buah segarnya dapat digosok pada rambut setelah keramas agar rambut jadi wangi dan menghilangkan ketombe.
5. Mimba
Sangat kaya dengan kandungan zat kimia, pemilik nama latin Azadirachta indica memiliki daun, biji, kulit kayu dan kayu yang berkhasiat. Air hasil rebusan beberapa lembar daun Mimba dapat digunakan untuk keramas agar ketombe hilang.
Tak ada salahnya jika kita mengatasinya dengan cara herbal.
Agar bisa digunakan secara rutin, tanaman-tanaman berkhasiat ini dapat ditanam di halaman rumah.
Penyiraman yang rutin dan tidak berlebihan, kunci pemeliharaan tanaman-tanaman ini.
Berikut beberapa di antaranya.
1. Pandan Wangi
Tanaman bernama latin Pandanus amaryllifolius yang memiliki aroma khas ini lazim digunakan sebagai pewangi makanan. Padahal kandungan alkaloida, saponin, flavonoida, tanin dan polifenol di daunnya membuatnya berkhasiat mengatasi kerontokan, ketombe, juga bisa menghitamkan rambut.
Embunkan semalam air hasil rebusan daun Pandan Wangi, lalu campur dengan perasan 3 buah mengkudu untuk mencuci rambut. Lakukan 3 kali seminggu untuk menghitamkan rambut.
2. Mangkokan
Tanaman ini dulu mudah ditemukan di halaman rumah. Daun segar Mangkokan (Nothopanax scutellarium) memiliki sifat anti inflamasi, anti radang, peluruh air seni dan anti rontok rambut.
Hasil perasan daun Mangkokan ditambah minyak kelapa dapat dijadikan minyak rambut untuk mengatasi kerontokan.
3. Lidah Buaya
Siapa tak kenal tanaman ini. Mudah dipelihara, Aloe vera mengandung zat aloin, barbaloin, isobarbaloin, aloe-emodin, aloenin, aloesin.
Daging pada daunnya tak hanya enak dijadikan minuman, namun juga dapat menyuburkan rambut.
Gosokkan ke kulit kepala, diamkan semalam, lalu bilas. Lakukan setiap hari selama tiga bulan.
4. Jeruk Purut
Sering digunakan dalam masakan, pemilik nama latin Citrus hytrix dapat mengatasi aroma tak sedap pada rambut. Gunakan buahnya yang berkulit berkerut dan berbenjol-benjol tersebut.
Air hasil perasan parutan buah segarnya dapat digosok pada rambut setelah keramas agar rambut jadi wangi dan menghilangkan ketombe.
5. Mimba
Sangat kaya dengan kandungan zat kimia, pemilik nama latin Azadirachta indica memiliki daun, biji, kulit kayu dan kayu yang berkhasiat. Air hasil rebusan beberapa lembar daun Mimba dapat digunakan untuk keramas agar ketombe hilang.
Khasiat Pandan Wangi
Tanaman termasuk familia Pandanaceae. Tumbuh di daerah pantai sampai daerah dengan ketinggian 500 meter di atas permukaan laut. Dapat ditemui di tepi sungai, tepi rawa, dan di tempat-tempat yang agak lembab tumbuh subur dan liar.
Untuk pengembangbiakannya dengan pemisahan tunas-tunas muda, yang tumbuh di antara akar-akarnya
Nama lain : sauke bangu, s. musang, pandan jau, p. bebau, p. harum, p. rempai, p. wangi, p. musang (Sumatera), pandan rampe, p. seungit, p. room, p. wangi (Jawa), pandan arrum (Bali), bonak (Nusa Tenggara), pondang, pondan, ponda, pondango (Sulawesi), kelamoni, hao moni, keker moni, ormon foni, pondak, pondaki, pudaka (Maluku).
Tanaman ini mengandung : alkaloida, saponin, flavonoida, tanin, polifenol, dan zat warna.
Kegunaan / Khasiat Pandan Wangi, antara lain :
1. Untuk Lemah saraf:
Daun pandan segar sebanyak 3 lembar dicuci lalu dipotong kecil-kecil. Rebus dengan 3 gelas air bersih sampai tersisa 2 gelas. Setelah dingin disaring lalu diminum pagi dan sore hari, masing-masing 1 gelas.
2. Untuk Rematik dan pegal linu:
(1) Daun pandan segar sebanyak 3 lembar dicuci bersih lalu diiris tipis-tipis. Seduh dengan 1/2 cangkir minyak kelapa yang telah dipanaskan sambil diaduk merata.Setelah dingin siap digunakan untuk menggosok bagian tubuh yang sakit.
(2) Daun pandan segar sebanyak 5 lembar dan daun serai 20 lembar, dicuci lalu ditumbuk sampai halus. Tambahkan minyak kayu putih dan minyak gandapura masing-masing 1 sendok makan. Aduk sambil diramas sampai merata. Ramuan ini digunakan untuk menggosok dan mengurut bagian tubuh yang sakit.
3. Untuk Gelisah:
Daun pandan segar sebanyak 2 lembar dicuci lalu diiris tipis-tipis. Seduh dengan segelas air panas. Setelah dingin disaring, minum sekaligus. Lakukan 2-3 kali sehari, sampai tenang
4. Untuk Rambut rontok:
Sebanyak 10 lembar daun waru muda yang segar, segenggam daun urang-aring, 5 lembar daun mangkokan, 1 lembar daun pandan, 10 kuntum bunga melati, dan 1 kuntum bunga mawar, setelah dicuci bersih lalu dipotong-potong secukupnya. Bahan-bahan tersebut dimasukkan ke dalam panci email, lalu tambahkan minyak wijen, minyak kelapa dan minyak kemiri masing-masing 1/2 cangkir. Panaskan sampai mendidih, lalu diangkat. Setelah dingin disaring, siap untuk digunakan. Caranya, oleskan campuran minyak tadi ke seluruh kulit kepala sambil dipijat ringan. Lakukan malam hari sebelum tidur, esok paginya rambut dikeramas. Lakukan 2-3 kali
seminggu.
5. Untuk Menghitamkan rambut:
Daun pandan wangi sebanyak 7 lembar dicuci lalu dipotong-potong. Rebus dengan 1 liter air sampai warnanya menjadi hijau. Embunkan air rebusan tadi semalaman. Pagi harinya, campurkan rebusan daun pandan tadi dengan air perasan 3 buah mengkudu masak. Air campuran tadi lalu digunakan untuk mencuci rambut. Lakukan 3 kali seminggu, sampai terlihat hasilnya.
6. Untuk Ketombe:
Daun pandan segar sebanyak 7 lembar dicuci bersih lalu digiling halus. Tambahkan 1/2 cangkir air bersih sambil diremas merata. Peras dan saring. Air perasan daun pandan ini lalu dioleskan ke seluruh kulit kepala yang berketombe. Biarkan mengering, kalau perlu olesan diulang sekali lagi. Kira-kira 1/2 jam kemudian, rambut dibilas dengan air bersih.Lakukan setiap hari sampai sembuh.
Untuk pengembangbiakannya dengan pemisahan tunas-tunas muda, yang tumbuh di antara akar-akarnya
Nama lain : sauke bangu, s. musang, pandan jau, p. bebau, p. harum, p. rempai, p. wangi, p. musang (Sumatera), pandan rampe, p. seungit, p. room, p. wangi (Jawa), pandan arrum (Bali), bonak (Nusa Tenggara), pondang, pondan, ponda, pondango (Sulawesi), kelamoni, hao moni, keker moni, ormon foni, pondak, pondaki, pudaka (Maluku).
Tanaman ini mengandung : alkaloida, saponin, flavonoida, tanin, polifenol, dan zat warna.
Kegunaan / Khasiat Pandan Wangi, antara lain :
1. Untuk Lemah saraf:
Daun pandan segar sebanyak 3 lembar dicuci lalu dipotong kecil-kecil. Rebus dengan 3 gelas air bersih sampai tersisa 2 gelas. Setelah dingin disaring lalu diminum pagi dan sore hari, masing-masing 1 gelas.
2. Untuk Rematik dan pegal linu:
(1) Daun pandan segar sebanyak 3 lembar dicuci bersih lalu diiris tipis-tipis. Seduh dengan 1/2 cangkir minyak kelapa yang telah dipanaskan sambil diaduk merata.Setelah dingin siap digunakan untuk menggosok bagian tubuh yang sakit.
(2) Daun pandan segar sebanyak 5 lembar dan daun serai 20 lembar, dicuci lalu ditumbuk sampai halus. Tambahkan minyak kayu putih dan minyak gandapura masing-masing 1 sendok makan. Aduk sambil diramas sampai merata. Ramuan ini digunakan untuk menggosok dan mengurut bagian tubuh yang sakit.
3. Untuk Gelisah:
Daun pandan segar sebanyak 2 lembar dicuci lalu diiris tipis-tipis. Seduh dengan segelas air panas. Setelah dingin disaring, minum sekaligus. Lakukan 2-3 kali sehari, sampai tenang
4. Untuk Rambut rontok:
Sebanyak 10 lembar daun waru muda yang segar, segenggam daun urang-aring, 5 lembar daun mangkokan, 1 lembar daun pandan, 10 kuntum bunga melati, dan 1 kuntum bunga mawar, setelah dicuci bersih lalu dipotong-potong secukupnya. Bahan-bahan tersebut dimasukkan ke dalam panci email, lalu tambahkan minyak wijen, minyak kelapa dan minyak kemiri masing-masing 1/2 cangkir. Panaskan sampai mendidih, lalu diangkat. Setelah dingin disaring, siap untuk digunakan. Caranya, oleskan campuran minyak tadi ke seluruh kulit kepala sambil dipijat ringan. Lakukan malam hari sebelum tidur, esok paginya rambut dikeramas. Lakukan 2-3 kali
seminggu.
5. Untuk Menghitamkan rambut:
Daun pandan wangi sebanyak 7 lembar dicuci lalu dipotong-potong. Rebus dengan 1 liter air sampai warnanya menjadi hijau. Embunkan air rebusan tadi semalaman. Pagi harinya, campurkan rebusan daun pandan tadi dengan air perasan 3 buah mengkudu masak. Air campuran tadi lalu digunakan untuk mencuci rambut. Lakukan 3 kali seminggu, sampai terlihat hasilnya.
6. Untuk Ketombe:
Daun pandan segar sebanyak 7 lembar dicuci bersih lalu digiling halus. Tambahkan 1/2 cangkir air bersih sambil diremas merata. Peras dan saring. Air perasan daun pandan ini lalu dioleskan ke seluruh kulit kepala yang berketombe. Biarkan mengering, kalau perlu olesan diulang sekali lagi. Kira-kira 1/2 jam kemudian, rambut dibilas dengan air bersih.Lakukan setiap hari sampai sembuh.
Langganan:
Postingan (Atom)